TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebijakan sejumlah Kementerian untuk melarang penggunaan botol plastik dan kantong plastik sekali pakai mengundang kekhawatiran para pemulung, yang selama ini menggantungkan hidupnya dari botol plastik.
Ketua Ikatan Pemulung Indonesia (IPI), Pris Polly Lengkong, merasa heran dengan kebijakan pelarangan botol plastik di sejumlah kementerian tersebut.
“Saya tidak habis mengerti dengan pelarangan botol plastik dan kantong plastik oleh beberapa Kementerian. Mengapa harus memusuhi plastik. Apa yang salah dari plastik?” ujarnya dalam acara Diskusi Publik bertema Potensi Ekonomi dari Pengelolalan Sampah Plastik, di Jakarta belum lama ini.
Pris menegaskan tidak ada yang salah dari plastik yang salah itu manusianya yang membuang sampah plastik sembarangan.
"Kalau saja manajemen sampah diperbaiki, tidak akan ada masalah dengan plastik,” tegasnya.
Ia menambahkan, pelarangan penggunaan botol plastik dan kantong plastik di sejumlah kementerian akan mengancam kehidupan para pemulung, yang jumlahnya mencapai 3,7 juta orang di 25 propinsi.
“Apakah pemerintah memikirkan nasib mereka? Betapa banyak manusia yang derajat kehidupannya meningkat karena menjadi pemulung plastik. Saya membuktikan sendiri bahwa sebagian pemulung, yang tadinya berdagang soto atau berdagang kelontong, justru memilih menjadi pemulung untuk mengubah nasibnya. Justru menurut pengakuan mereka, kesejahteraannya meningkat setelah menjadi pemulung. Ini bukti bahwa ada manfaat ekonomi yang besar di balik sampah plastik,” tegas Pris.
Baca: 12 Kebiasaan dapat Membahayakan Kesehatan, Terlalu Banyak Tidur Hingga Minum dari Botol Plastik
Menurut Pris, besar pendapatan yang diperoleh pemulung berbeda-beda.
“Mulai dari pemulung kampung besar pendapatan Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu per hari. Untuk pemulung yang sudah menjadi pelapak, pendapatan bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta perhari,” paparnya.
Ia sendiri mengakui mendapat keuntungan yang sangat besar dari pekerjaannya sebagai pemulung.
Meski tidak mengakui secara jujur, Pris disebut-sebut memiliki pen dapatan hingga Rp 100 juta sebulan.
“Padahal modal awal saya pertama kali menjadi pemulung hanya Rp 750 ribu. Tapi Anda lihat sendiri bahwa saya sudah memiliki peningkatan kesejahteraan sekarang,” ujar putra dari artis Catty Lengkong ini.
Selain Pris Polly Lengkong sebagai pembicara dalam acara Diskusi Publik bertema Potensi Ekonomi dari Pengelolalan Sampah Plastik tersebut, juga tampil pakar PET dari ITB, Ir. Ahmad Zainal Abidin, Christine Halim, Ketua ADUPI, Tyasning Permanasari, Kepala Seksi Daur Ulang, Direktorat Pengelolaan Sampah Plastik, KLHK, dan Endang Truni Tresnaingtyas, Direktur Bank Sampah Induk Patriot Bekasi. Acara ini digagas Komunitas Plastik untuk Kebaikan yang dideklarasikan di area CFD Jakarta, pada (10/11) lalu.
Eni Saeni, Koordinator Komunitas Plastik untuk Kebaikan, menyatakan, komunitasnya telah melakukan gerakan edukasi pilah plastik dengan insentif tukarkan Plastik dengan Sembako.