Laporan Wartawan Tribunnews.com,
Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Ketua Bidang Politik dan Keamanan DPP PDI Perjuangan Puan Maharani berkisah bagaimana kesabaran PDIP dalam berpolitik membuahkan hasil manis. Terlebih, bisa menjalani itu bersama rakyat.
Hal ini disampaikan Puan saat memberikan sambutan dalam Sekolah Partai Pimpinan Dewan tingkat provinsi dan kabupaten atau kota se-Indonesia Gelombang I di Wisma Kinasih, Depok, Jawa Barat, Jumat (22/11/2019).
Hadir 102 orang peserta dari perwakilan anggota/pimpinan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Indonesia.
"Acara ini bukan merupakan hanya acara seremonial berkumpulnya lembaga pimpinan legislatif. Namun juga bagaimana kita ke depan untuk meraih cita-cita dan tugas-tugas yang sama secara kepartaian untuk bisa mengawal bersama rakyat," kata Puan.
Ketua DPR RI ini mengingatkan posisi PDI Perjuangan hingga saat ini telah menjalani proses yang panjang dan pahit.
Menurut Puan, baru Pemilu 2019 pembagian kursi untuk pimpinan DPR dan MPR melewati proses yang benar-benar demokrasi. Pada pemilu sebelumya, proses pemilihan pimpinan DPR dan MPR penuh dengan intrik.
Puan menceritakan pada Pemilu 1999, PDI Perjuangan merupakan partai pemenang dan telah menempatkan Megawati Soekarnoputri sebagai wakil presiden dan dilanjutkan sebagai presiden.
Lalu, Taufieq Kiemas pernah menjabat Ketua MPR. Hanya kursi Ketua DPR RI yang belum pernah diduduki oleh PDIP.
Puan lantas berdiskusi dengan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengenai hal itu.
Puan mendapat informasi sebenarnya PDIP nyaris mendapatkan kursi pimpinan DPR RI. Hanya saja, ada pihak lain yang menjegal PDIP secara tidak etis.
"Jadi bayangkan dari 1999, baru punya ketua DPR itu sekarang di 2019 walaupun sebenarnya hak ketua DPR itu disusun 2014. Jadi memang untuk bisa sampai di sini itu, kita harus sabar dan berjuang terus menerus," kata dia.
"Bayangkan baru kali ini PDIP meniadi ketua DPR, jadi sejarah panjang. Ada yang diambil haknya, ada yang dibohongi, tadi Ibu Ketum (Megawati) mengatakan bahwa dia itu sudah penuh dengan penderitaan, penghianatan, dan lain-lain," tambah cucu Proklamator RI Bung Karno ini dengan nada tinggi.
Baca: Puan Maharani Tegaskan Tidak Ada Kerenggangan Hubungan Antara PDI-P dan Nasdem
Puan melihat perjuangan Megawati yang juga ibunya sendiri merasa pilu. Selama 45 tahun sebagai saksi hidup, Puan melihat sang ibu jatuh dan bangun dalam mempertahankan prinsip-prinsip yang dianggapnya benar.