"Ini saya kira bisa ditiru dengan modifikasi-modifikasi yang kita buat, tetapi yang paling penting ada perbaikan kampung, diisi kegiatan, kemudian pemberdayaan ekonomi kreatif untuk masyarakatnya diangkat,"
"Saya kira kampung-kampung kita di desa kita mampu membangun seperti ini. Bukan sesuatu yang sulit," ujarnya.
Baca: Jokowi Tugaskan Ahok Tekan Impor Migas
Menurut Jokowi, di Indonesia sendiri, penataan kampung atau desa telah dilakukan di beberapa kota. Misalnya di Yogyakarta, Malang, Jakarta, dan Semarang.
"Ada beberapa mungkin di desa di kita yang sudah dengan versi berbeda misalnya kampung, di pondok, ya itu di Klaten dan juga di Yogya, di Gunung Kidul, di Nglanggeran, sudah dengan versi yang berbeda-beda ya," tandasnya.
Presiden Jokowi juga mengatakan di kawasan Gamcheon sudah tertata sedemikian rupa agar menarik wisatawan untuk datang.
"Kalau di sini penataan kampung pemberdayaan ekonominya menjadi kawasan wisata, sehingga meningkatkan ekonomi masyarakat yang ada disini," ujar Presiden.
Baca: Jokowi: Saya Pernah Jadi Rakyat Biasa, Betapa Sulitnya Urus Sertifikat Tanah
Desa budaya Gamcheon berada di kota Busan yang sebelumnya merupakan kampung kumuh, namun kemudian ditata menjadi salah satu atraksi wisata yang menarik.
Desa ini terletak di lereng gunung yang cukup curam sehingga dikenal dengan sebutan "Machu Picchu-nya Busan".
Dinding dengan beragam karya seni seperti mural, dan atap yang tampak bertumpuk jika dilihat dari atas, desa ini terletak di Distrik Saha dengan memiliki rumah-rumah yang berwarna-warni,
Pemandangan itu yang dilihat Jokowi dan Ibu Iriana saat keduanya menikmati makanan khas Korea Selatan dari sebuah kafe.
Baca: Soal 7 Stafsus Milenial, Kecil Kemungkinan Jokowi Mau Dengar Masukan Mereka
"Jadi, misalnya di sini ada kafe, kita bisa minum kopi tapi murah,"
"Kemudian juga ini makanan-makanan seperti ini, tetapi memang kemasannya dikemas dengan sangat bagus, diberikan brand,"
"Ya penyajiannya sangat baik, tapi murah, sangat murah," imbuhnya.
Desa Gamcheon yang juga dikenal dengan jalan-jalan dan lorong yang sempit, kini dipenuhi dengan tempat makan di sepanjang jalannya, toko suvenir, dan galeri seni.
(Tribunnews.com/Indah Aprilin Cahyani)