TRIBUNNEWS.COM - Politikus Partai Demokrat, Jansen Sitindaon turut berkomentar terkait dengan majunya putra dan menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution dalam Pilkada 2020 mendatang.
Jansen Sitindaon mengingatkan kepada aparatur negara untuk tidak memperlakukan Gibran dan Bobby secara berlebihan.
"Kita mengingatkan, misalnya Gibran maju di Solo atau Bobby maju di Kota Medan aparatur hukum kita di bawah termasuk aparatur negara itu jangan overakting, kalau istilah Pak Jokowi kemarin jangan cari muka," jelas Jansen Sitindaon.
Jansen Sitindaon menuturkan, meskipun keduanya adalah anak dan menantu Presiden Jokowi, namun kompetisi harus berjalan secara fair.
"Kalau ada embel-embel pejabat di bawah itu, aduh dilayaninya berlebihan lo, apalagi ada embel-embel anak presiden atau menantu presiden maju Pilkada," terang Jansen Sitindaon.
"Biarkan nanti berkompetisi dengan fair," tambahnya.
Sementara itu, pengamat politik Hendro Satrio majunya Gibran dan Bobby dalam Pilkada 2020 mendatang adalah kebebasan setiap warga negara.
Hendro Satrio menjelaskan, anak-anak Jokowi memang memanfaatkan posisi ayahnya saat menjabat presiden.
"Kemudian mempersiapkan diri untuk maju ke Pilkada memang memanfaatkan momentum," ujar dia.
Menurut Hendro, jika momentumnya sudah lewat maka akan sulit bagi mereka untuk berkompetisi, hal ini terkait dengan kemenangan.
Hendro kemudian memberikan contoh soal majunya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017 lalu, setelah sang ayah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak lagi menjabat sebagai presiden.
"Mas AHY misalnya pada saat SBY sudah selesai itu kan momentum keluarga SBY dianggap sudah selesai, jadi pada saat Mas AHY maju ke sebuah kompetisi Pilkada akan kesulitan dia, karena dianggapnya saat itu sudah zamannya Jokowi," papar Hendro Satrio.
"Sementara Mas Gibran saat ini memang masanya Pak Jokowi, nah kemudian apakah Mas Gibran salah memanfaatkan momentum yang di miliki? Ini adalah masalah freewalk, silahkan saja maju," imbuhnya.
Hendro menuturkan, yang harus dibuktikan oleh Gibran dan Bobby adalah mereka musti bisa tampil sebagai Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution.
Bukan sebagai anak atau menantunya Jokowi.
Satu diantara cara yang bisa digunakan adalah tidak mengekor kebijakan Jokowi.
Bobby Nasutin Bantah Isu Dinasti Politik
Menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Bobby Afif Nasution membantah adanya dinasti politik terkait pencalonan dirinya dalam pemilihan umum Wali Kota (pilwalkot) Medan 2020 mendatang.
Bobby menyebut yang dimaksud dinasti adalah saat Jokowi menurunkan semangatnya dalam menjalankan tugas sebagai kepala negara.
"Yang dinasti itu mungkin motivasinya, semangatnya itu," jelas Bobby dalam tayangan yang diunggah KompasTV, Selasa (10/12/2019).
Bobby menepis jika pencalonan dirinya dihubungkan dengan dinasti politik.
"Bisa dilihat sendiri bagaimana kinerjanya (Jokowi). Tapi kalau dinasti politik, dinasti kekuasaan itu untuk apa," terang Bobby.
Dikutip dari Kompas.com, Bobby mengaku sudah menjalin komunikasi dengan sejumlah partai politik.
Meskipun demikian, Bobby belum dapat memastikan partai mana yang akan mendukungnya maju di Pilkada Kota Medan 2020.
"Salah satu hal yang menentukan adalah visi-misinya, masalah berapa persen yang akan mendukung kita lihat aja nanti," ujar Bobby dikutip dari Kompas.com.
Bobby menyatakan, ada mekanisme tersendiri dari partai politik untuk memberikan dukungan kepada calon kepada daerah.
Mengenai pencalonan dirinya di Pemilihan Wali Kota (pilwalkot) Medan, Bobby belum menyampaikan terkait program yang akan diusungnya.
Tanggapan Ganjar soal Pencalonan Gibran
Putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) Gibran Rakabuming Raka membantah adanya dinasti politik terkait pencalonan dirinya dalam pemilihan umum Wali Kota (pilwalkot) Solo.
Isu adanya dinasti politik kian santer terdengar setelah adik ipar Gibran, yakni Bobby Nasution juga maju dalam pilwalkot Medan pada 2020 mendatang.
Terkait dengan isu tersebut, Gibran menepis dan berdalih dirinya hanya ingin membangun Kota Solo yang merupakan kota kelahirannya.
"Saya itu hanya ingin sedikit menyumbangkan diri saya ini untuk kota kelahiran saya, itu aja," ujar Gibran dalam tayangan yang diunggah KompasTV, Sabtu (7/12/2019).
Sementara itu, para relawan Kancane Gibran Ges (KGG) sudah bersiap untuk mengawal Gibran ke Semarang untuk mendaftar.
Juru bicara relawan KGG, Imelda Yuniati menuturkan pihaknya siap untuk ikut ke Semarang dan memberikan semangat untuk Gibran.
Imelda juga menuturkan terkait wakil Gibran, pihaknya akan mendukung siapapun wakil yang akan diusung untuk menemani Gibran maju dalam pilwalkot Solo.
"Kami ke sana, di sana kami mau menyanyikan lagu penyemangat buat Mas Gibran."
"Pokoknya kita dukung Mas Gibran, siapapun yang dipilih Mas Gibran (wakil) kita juga akan mendukung," tutur Imelda.
Terkait pencalonan Gibran, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menanggapi positif hal tersebut.
Ganjar mengungkapkan Gibran sempat berbicara soal rencananya maju dalam pilwalkot Solo.
Hal itu diungkapkan Gibran saat Ganjar menjenguk La Lembah Manah.
"Dia cuma sampaikan Pak Gub saya mau daftar ke DPD awal bulan Desembar," ujar Ganjar Pranowo.
"Kalau mau daftar ya daftar saja," tambahnya.
Selain itu, Ganjar juga memberi saran untuk Gibran agar terus berkomunikasi dengan ketua DPC PDI Perjuangan Solo, FX Hadi Rudyatmo.
"Saran saya banyak-banyak bicara, ngobrol sama Pak Rudy," imbuh dia.
Gibran dikabarkan akan melakukan pendaftaran di hari terakhir, pada 12 Desember 2019 mendatang.
(Tribunnews/Nanda Lusiana Saputri, Kompas.com/Dewantoro)