Sementara itu, Analis Politik UIN, Gun Gun Heryanto menyebut pernyataan Jokowi tersebut tidak dapat mengakhiri perbincangan soal politik dinasti.
Gun Gun menyampaikannya dalam sebuah wawancara di tayangan Kompas Petang yang diunggah di kanal Youtube Kompas TV pada Kamis (12/12/2019).
Saat ditanya apakah argumen Jokowi tersebut cukup untuk mengakhiri perbincangan soal politik dinasti, Gun Gun menyatakan bahwa hal itu belum cukup.
"Belum cukup," ungkap Gun Gun.
Menurutnya, argumen tersebut merupakan wacana yang masih perlu pembuktian saat dilaksanakan di tingkat praktis.
Gun Gun menyampaikan, dalam praktiknya, Jokowi harus benar-benar mampu memberi contoh yang baik.
Dalam arti, menurut Gun Gun, Jokowi sebaiknya tidak masuk ke wilayah yang sangat politis untuk memberi dukungan pada anak dan menantunya.
Terlebih menyediakan fasilitas khusus untuk mereka.
Pasalnya, hal tersebut dinilai akan memunculkan konflik kepentingan.
"Ini kan namanya declare wacana," kata Gun Gun.
"Nanti di tingkat praktis, Pak Jokowi juga harus benar-benar menunjukkan role model bahwa ketika anak dan mantunya maju di pilkada, dia tidak kemudian masuk di wilayah yang sangat politis untuk memberi dukungan-dukungan apalagi fasilitas yang di situ menunjukkan conflict of interest," terang Gun Gun.
Analisis politik itu pun berharap presiden dapat benar-benar memberikan kemandirian bagi anak dan menantunya yang maju ke pilkada.
Selain itu, Jokowi juga diharapkan dapat membuktikan bahwa majunya anggota keluarga presiden dalam pilkada tidak diberi hak-hak khusus, baik di internal partai maupun saat penyelenggaraan pilkada berlangsung.
"Saya berharap sih ketika Pak Jokowi sekarang menjadi presiden dan anak-mantunya kemudian menjadi bagian kontestasi kemudian diberi kemandirian, independensi," ujar Gun Gun.