Kasus yang terbaru, ia dilapori mengenai penemuan 6 anakan ular kobra di sebuah lingkungan Masjid At Takwa di Perumahan Griya Adi, Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo.
Namun setelah ia menelusuri wilayah sekitar selama empat hari, ia menemukan 25 ekor anakan ular kobra.
"Saya temukan lagi 25 ekor, yang 5 ekor sudah saya rilis atau saya lepas liarkan lagi, ini tinggal 20 ekor," kata Janu.
Janu yang juga merupakan Anggota TNI dari Brigade Infanteri 6 Sukoharjo ini mengatakan ular yang ditemukannya berumur sekitar 2-3 minggu dengan panjang sekitar 20 cm.
Ia mengimbau kepada masyarakat jika menemukan ular untuk tidak panik dan tidak banyak melakukan gerakan.
Karena menurutnya ular merespon dari getaram karena tidak memiliki penglihatan dan pendengaran yang baik.
"Jangan melakukan gerakan yang memprovokasi, itu berbahaya," imbuhnya.
Sementara itu, dilansir TribunJakarta, Panji Petualang membagikan tips pertolongan pertama apabila ada bagian tubuh yang terkena gigitan ular.
Panji Petualang mengatakan bahwa sebenarnya penangan yang tepat pada luka gigitan ular bukanlah diikat, melainkan dibidai atau digips.
Menurutnya, bagian tubuh yang terluka akibat gigitan ular berbisa tidak boleh banyak bergerak.
Lantaran pergerakan yang dilakukan pada bagian tubuh yang dgigit tersebut bisa memicu peredaran racun ular menjadi lebih cepat menyebar.
"Semakin banyak bergerak, akan semakin membuat cepat racun atau bisa itu menyebar," terang Panji.
Panji juga menjelaskan sesungguhnya bisa ular menyebar bukan melalui aliran darah, melainkan melalui kelenjar getah bening.
"Kelenjar getah bening bukan ada di pembuluh darah, tapi di bawah otot,"