TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kalangan muda dituntut untuk memiliki keberanian baik dalam bertindak, berbuat, dan berani melakukan perubahan.
Selain itu, juga harus berani membuat keputusan, berinovasi, jujur, dan berani bermimpi tinggi, serta menghilangkan pikiran negatif.
Pesan tersebut disampaikan Komisaris PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Defy Indiyanto Budiarto saat memberikan kuliah umum bertema "Kepemimpinan Kaum Muda di Era Milenial" yang Digelar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (FISIP UMJ) di Kampus UMJ, Jakarta, Jumat (27/12/2019).
Defy menceritakan lembaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya kalangan pemuda dimulai dari Kebangkitan Budi Utomo pada 1908, lalu Sumpah Pemuda pada 1928 hingga penurunan paksa rezim Orde Baru pada 1998.
Di era saat ini, cukup banyak pemimpin muda atau kalangan milenial yang menempati posisi startegis baik di dalam maupun luar negeri.
Baca: Sensus Penduduk 2020, BPS Sosialisasi ke ASN hingga Milenial
Di negara tetangga Malaysia, misalnya, jabatan Menpora dipercayakan kepada Syed Saddiq Syed Abdul Rahman yang saat diangkat dua tahun lalu baru berumur 25 tahun.
Begitu pula Sebastian Kurz yang kini berusia 33 tahun, menjadi Menteri Urusan Luar Negeri dan Integrasi Austria sejak 2013 silam. Kim Jong Un pun demikian, diangkat sebagai Pimpinan Tertinggi Korea Utara ketika masih berusia 28 tahun.
Termasuk milenial perempuan pun sudah bisa mendapatkan posisi tinggi, seperti Sanna Marin yang menjadi Perdana Menteri Finlandia pada usia 34 tahun.
"Di era Presiden Jokowi, peluang para milenial untuk menempati posisi strategis terbuka sangat lebar. Presiden Jokowi percaya bahwa para milenial memiliki ide-ide cerdas, bisa mendobrak, melakukan perubahan yang lebih baik, memiliki keberanian dan pekerja keras. Banyak posisi strategis di era Presiden Jokowi ini ditempatin oleh para milenial," tuturnya.
Defy pun menceritakan dirinya ketika diangkat sebagai Komisaris PJB, anak perusahaan PLN Group, usianya baru 36 tahun.
"Dan ini saya dapatkan tidak mudah. Saya memerlukan waktu sekitar 1,5 tahun dengan berbagai tahapan saya lalui. Di usia 35 tahun, saya mendapatkan surat dari Kementerian BUMN untuk mengikuti assessement test calon direksi BUMN. Setelah jadi komisaris, saya membuktikan jika saya mampu dan bisa bekerja dengan baik," tuturnya.
Pada usia 37 tahun, Defy berhasil mendapatkan Certified Risk Governance Professional (CRGP)."Ini sesuatu yang tidak mudah didapatkan. Saya juga dipercaya sebagai Ketua Komite Sumber Daya Manusia Organisasi (SDMO) dan Wakil Ketua Komite Audit," urainya.
Defy menambahkan, milenial memiliki otak yang begitu intens terekspos teknologi dan media digital. Hal ini menjadikan prilaku dan preferensi mereka berubah secara ekstrem dan sama sekali berbeda dengan generasi sebelumnya.
"Lakukan terus berbuat kebaikan karena suatu saat pasti kita akan memetik apa yang telah kita lakukan dan jangan terlalu banyak alasan untuk melakukan sebuah perubahan karena "alasan" hanya dibuat oleh orang yang lemah, serta kerja cerdas" urainya.
Dia juga berpesan kepada para mahasiswa agar kelak ketika menjadi pemimpin atau orang sukses agar selalu mengingat pesan pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan.
"Carilah sekuat tenaga harta yang halal, jangan malas. Setelah mendapat, pakailah untuk kepentingan dirimu dan anak istrimu secukupnya. Jangan terlalu mewah. Kelebihannya didermakan di jalan Allah," katanya.
Dirinya juga berpesan kepada para mahasiswa agar memanfaatkan waktu dengan melakukan yang terbaik dan bermanfaat untuk banyak orang, mulai tetapkan tujuan hidup yang realitis.
"Dan yang utama jika kalian masih memiliki orang tua, apalagi ibu maka sayangilah mereka. Doa serta ridha ibu dapat meringankan langkah kalian dalam menggapai mimpi. Bill Gates pernah berkata, 'Biarkan mereka meremehkanmu karena balas dendam terbaik terletak pada pembuktian diri, mencapai sukses ketika di remehkan," katanya.
Selain dihadiri para mahasiswa, kuliah umum tersebut juga dihadiri Dekan Fisip UMJ Mamun Murod, Warek 3 ITB Ahmad Dahlan, Imal Istimal, Wadek 3 Fisip UMJ Djoni Gunanto, dan Ketua PP Baitul Muslimin M Sukron. (*)