TRIBUNNEWS.COM - Satu dari dua terduga pelaku penyerangan Penyidik Senior KPK Novel Baswedan sempat mengeluarkan pernyataan yang menimbulkan tanya di masyarakat, yaitu soal sebutan pengkhianat.
Menanggapi hal tersebut, pakar ekspresi Handoko Gani menduga berdasarkan intonasi dan gestur dari terduga pelaku, memungkinkan adanya motif selain dendam pribadi dalam penyerangan Novel Baswedan.
Dikutip TribunWow.com, mulanya Handoko menjelaskan bahwa apa yang terlihat di luar belum tentu mencerminkan apa yang sebenarnya dipikirkan oleh pelaku.
"Kita semua harus jernih melihat ini semua, bahwa ekspresi wajah, gestur bahkan suara dan ucapan itu bukan 100 persen asli," kata Handoko di acara 'APA KABAR INDONESIA MALAM' Talk Show tvOne, Minggu (29/12/2019).
"Tapi bisa juga sengaja disembunyikan, yang artinya tentu tugas dari analis, kepolisian untuk mengungkap mana yang benar dan mana yang tidak," tambah Handoko.
Handoko kemudian membahas kronologi terduga pelaku penyerang Novel Baswedan secara spontan berteriak dan menyebut Novel sebagai pengkhianat.
"Kalau kita lihat apa yang terjadi dalam video klip yang cukup sebentar ini, mulai dari keluar pintu kaca sampai dirangkul dan berbicara di depan media," katanya.
"Memang ini menjadi satu pertanyaan besar, dengan ekspresi wajah yang seperti demikian dan gestur yang seakan tidak menunjukkan rasa takut, tiba-tiba bisa menyatakan Bang Novel ini pengkhianat," papar Handoko.
Handoko menyebut ada dua kemungkinan di balik pernyataan tersebut.
Pertama adalah memang spontanitas emosi, dan yang kedua adalah sengaja diucapkan kepada awak media.