TRIBUNNEWS.COM - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bereaksi atas masalah internasional yang hangat dibicarakan belakangan ini.
Pertama mengenai konflik Amerika Serikat (AS) dengan Iran.
Konflik terjadi menyusul tewasnya seorang Jenderal Iran di Irak, Qasem Soleimani.
Permasalahan lainnya yakni klaim China atas Laut Natuna.
Tribunnews.com merangkum dari berbagai sumber inilah reaksi PBB untuk kedua permasalahan di atas.
1. Iran vs AS
Dikutip dari laman resmi PBB, yakni un.org, Wakil Juru Bicara PBB Farhan Haq, mengatakan bahwa kepala PBB menginginkan para pemimpin AS maupun Iran harus menahan diri.
"Dunia tidak mampu melakukan perang lagi di Teluk," katanya.
Haq menyebut, PBB akan melakukan misi di Irak dan terus melakukan advokasi demi stabilitas keamanan.
2. PBB tak akui klaim China
Sementara Kompas TV memberitakan, PBB tidak mengakui klaim China atas wilayah Laut China Selatan.
Dasar penolakan tersebut adalah karena tidak sesuai dengan ketentuan ZEE, Zona Ekonomi Ekslusif.
ZEE adalah kesepakatan PBB atas batas laut suatu negara, dimana kedaulatan suatu negara adalah 200 mil dari bibir pantai.
Sementara, Beijing mengklaim bahwa perairan Natuna adalah milik mereka.
Dasar yang dipakai Negeri Tirai Bambu tersebut adalah sembilan garis putus-putus atau nine dash line.
Nine dash line ini merupakan garis yang dibuat secara sepihak oleh China, tanpa melalui konvensi hukum laut di bawah Perserikatan Bangasa-Bangsa (PBB), atau United Nation Convention on The Law of The Sea (UNCLOS).
Pada tahun 2016, Filipina juga menghadapi hal yang sama dengan Indonesia.
Pemerintah Filipina mengajukan banding ke Permanent Court of Arbitration (PCA), lembaga hukum di bawah PBB.
PCA mengabulkan hampir seluruh gugatan Filipina.
Meski demikian, China menolak dengan tegas keputusan tersebut.
Laut China Selatan adalah zona panas yang rentan memicu konflik antar negara.
Sebab, Laut China Selatan melewati beberapa negara Asean, seperti Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, Filipina.
(Tribunnews.com/Chrysnha/KompasTV)