News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rakernas PDI Perjuangan

Megawati Kenang 47 Tahun Perjalanan Politik Bersama PDIP

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan pidato pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-47 PDI Perjuangan sekaligus membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I di Jakarta, Jumat (10/1/2020). Rakernas I PDI Perjuangan tersebut bertemakan 'Solid Bergerak Wujudkan Indonesia Negara Industri Berbasis Riset dan Inovasi Nasional'. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri merefleksikan pahit manisnya perjalanan politik yang telah ia tempuh selama 47 tahun partai berdiri.

"Kegembiraan, kepedihan, kemajuan-kemajuan, harapan-harapan, kekecewaan-kekecewaan, rasa unggul, rasa pahit, rasa getir, rasa manis, rasa cemas, rasa letih, rasa babak bundas, semua sudah kita alami," ucap Megawati dalam pidato politiknya saat Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I PDIP sekaligus peringatan HUT Ke-47 partai di JIExpo, Jumat (10/1/2020).

Baca: Minum Jamu Berjamaah di Rakernas I PDIP

Jika sudah menang Pemilu, lalu mau apa? Apakah menang Pemilu, berupa kemenangan elektoral, jadi tujuan akhir bagi Partai?

Kegelisahan-kegelisahan tersebut merundung Megawati.

"Beberapa hari ini saya merenung. Saya mencoba menggali kembali lembar-lembar perjalanan kehidupan politik yang telah saya lewati," tutur Megawati.

Perenungan spiritual itu mengantarkan Megawati, pada kotak pandora ingatan, kotak yang berisi cita-cita dan gagasan politik seorang lelaki, yang ia panggil Bapak, yaki Bung Karno.

Bung Karno yang telah menempa Megawati sejak kecil untuk hidup di jalan pengabdian kepada tanah air dan bangsa.

Megawati mengingat pesan sang Bapak,“Saya memohon kepada Allah Subhanahu Wata’ala, tetapkanlah kecintaanku kepada tanah air dan bangsa, selalu menyala-nyala di dalam saya punya dada, sampai terbawa masuk ke dalam kubur saat Allah memanggilku pulang.” (Di Bawah Bendera Revolusi, 1941).

"Itulah doa Bapak, ayah saya, yang biasa dipanggil oleh rakyat Indonesia dengan sebutan Bung Karno," kenang Megawati.

"Doa Bapak selalu menuntun saya saat saya merasa gamang atau hampir kehilangan asa dalam pertarungan politik. Doa Bung Karno selalu mampu menuntun saya kembali ke niat awal, mengapa saya sebagai seorang perempuan dan seorang Ibu, memutuskan membangun partai politik," kenang Megawati.

Niat itu, kata Megawati, berupa keyakinan terhadap ideologi Pancasila.

Keyakinan yang membentuk pemahaman bahwa ideologi bukan sesuatu yang utopis, bukan suatu gagasan yang tidak membumi.

Baca: Hadiri Rakernas PDIP, Begini Momen Prabowo Subianto saat Disapa Megawati: Rupanya Masih Mau Hadir

Karena itu ia mengajak seluruh kadernya untuk memperjuangkan nilai-nilai Pancasila agar terwujud kemakmuran, keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Keyakinan yang menjadi penyulut semangat bahwa Pancasila harus diperjuangkan agar berwujud dalam merdeka penuh, makmur penuh, adil penuh, sejahtera penuh bagi seluruh rakyat Indonesia, bangsa Indonesia yang menyumbang damai penuh bagi dunia," tegasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini