Baik keluarga besar kedua mempelai, maupun tamu undangan.
Sedangkan, ibu yang menuangkan es cendol ke tamu undangan merupakan ibu dari mempelai perempuan.
Termasuk pria yang disampingnya bertugas mengumpulkan pecahan genting ke dalam karung merupakan sang ayah.
Nuri menambahkan, berdasarkan pengakuannya trandisi tersebut sudah berlangsung sejak lama.
Namun sekarang, tradisi tersebut telah banyak masyarakat yang meninggalkan.
"Kalau di daerah sini jarang, terakhir kak saya yang nikah 7 tahun," ujarnya.
Baca: Profil Singkat 5 Kepala Daerah yang Mendapat Pujian dari Megawati di Panggung Rakernas I PDI-P
Penjelasan Budayawan
Guru Besar Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum mengatakan tradisi yang viral di media sosial tersebut bernama dodol dawet kreweng.
Bani menjelaskan tradisi dodol dawet kreweng sudah sejak ratusan tahun yang dilestarikan oleh masyarakat Jawa, khususnya yang tinggal berdekatan dengan keraton-keraton.
"Tradisi pengaruhnya dari keraton," kata Bani saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (13/11/2020).
Bani melanjutkan, tradisi ini merupakan rangkaian ketika orangtua ingin menikahkan anaknya.
Kemudian, orangtua tersebut mewujudkan rasa bersyukurnya lewat simbol yang diwakili oleh benda-benda di tradisi dodol dawet kreweng.
Seperti kreweng atau dalam bahasa indonesia pecahan genting yang memiliki filosofi kemakmuran.