TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Terdapat 243 WNI yang berada di 17 lokasi karantina virus Corona di China atau Tiongkok. Sekitar 100 orang mahasiswa berada di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, lokasi awal ditemukan virus tersebut. Hingga kemarin, virus ini telah merenggut 106 jiwa.
Oleh karena takut terjangkit Corona, mahasiswa asal Aceh terpaksa mengutang ongkos pulang ke Indonesia.
Muhammad Sahuddin, mahasiswa Aceh selama ini menempuh pendidikan di Nanjing, China, terpaksa pulang.
Ia tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Blangbintang, Aceh Besar, Selasa (28/1).
Kepulangan mahasiswa asal Aceh Barat Daya ini studi di Nanjing Normal Universtiy (NNU).
Setelah virus Corona mewabah di China dan menyeberang ke 16 negara di dunia, kabarnya semakin tersohor.
Baca: Ada WNI di China Diduga Terinfeksi Virus Corona Namun Takut ke Dokter
Setelah mengetahu adanya penyakit mematikan tersebut, Muhammad Sahuddin terbang dari Nanjing ke Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (27/1).
Kemudian, kemarin tiba di Bandara SIM menggunakan pesawat komersil dari Kuala Lumpur International Airport.
"Saya terpaksa meminjam uang ke kerabat untuk biaya tiket ke Indonesia. Saya berpikir untuk ke luar dari China secepat mungkin, minimal bisa sampai ke Kuala Lumpur saja,” ujar Sahuddin.
Sahuddin pulang ke Aceh, karena takut terpapar virus Corona mematikan yang kini mewabah di China. Terutama di Kota Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, tempat virus itu muncul.
Muhammad Sahuddin meninggalkan Cina beberapa hari lalu, berangkat dari Nanjing ke Kuala Lumpur, kemudian tiba di Aceh, Selasa (28/1).
Tiba di ruang kedatangan internasional Bandara SIM, Muhammad Sahuddin langsung dipisahkan dari penumpang lainnya.
Sahuddin kemudian diperiksa kesehatannya oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) secara berkala. Selain dengan alat pemeriksaan thermoscanner, Muhammad Sahuddin juga dicek badannya dengan alat pendeteksi lainnya.
Selama perjalanan dari China ke Indonesia, Sahuddin menjalani pemeriksaan ketat dari pihak bandara. Hal itu dialaminya, karena ia baru berangkat dari China, negara yang geger dengan virus mematikan itu.
“Alhamdulillah saya tidak ada apa-apa, karena saya tidak ada riwayat perjalanan ke Wuhan, alhamdulillah saya steril," ujarnya.
Sahuddin mengaku sangat senang karena sudah tiba di tanah air. Namun, di sisi lain Sahuddin juga merasa sedih. Karena saat ini, masih ada 12 mahasiswa asal Aceh yang kini terisolasi di Kota Wuhan. Menurutnya, mereka tidak bisa ke mana-mana karena otoritas Wuhan menutup akses transportasi.
"Ketika meninggalkan Nanjing saya sedih karena masih ada kawan-kawan seperjuangan saya di Wuhan, itu yang sedih," katanya.
Mahasiswa program doktor ini menceritakan, wabah corona virus benar-benar 'melumpuhkan' kota tempatnya bermukim. Jumat lalu saat dia masih berada di Nanjing untuk melaksanakan salat Jumat di masjid, dia mendapati masjid yang sering didatanginya itu ditutup.
"Saat Hari Jumat itu saya mau ke masjid, tapi masjidnya ditutup tidak melayani jamaah, di situ saya mulai panik," cerita Sahuddin.
Melihat kondisi yang sudah semakin parah akibat virus Corona, Sahuddin pun mencari solusi sendiri. Keinginan terbesarnya adalah segera ke luar dari China dan pulang ke Aceh. Sahuddin langsung mencari cara untuk bisa ke luar dari kota tersebut.
Meskipun saat ini Sahuddin sudah tiba di Aceh, dia berharap Pemerintah Aceh segera memikirkan cara untuk mengevakuasi 12 mahasiswa Aceh di Wuhan.
"Memang ini otoritasnya pemerintah pusat. Mungkin, gubernur dan kepala dinas bukan tidak mampu memulangkan mereka, tapi karena tidak ada kapasitas untuk menyelesaikan hal itu, karena bidangnya KBRI dan Kemenlu. Saya berharap mereka segera dipulangkan karena bisa tertekan batin,” katanya.
Menurut Sahuddin, wabah virus corona tidak boleh dianggap remeh. Pasalnya, setiap hari korban jiwa China terus bertambah. Di Nanjing sendiri, berdasarkan informasi yang diperolehnya, sudah sekitar 30-an warga terserang virus itu.
“Ketika saya mau pesan tiket, ada dua orang yang jadi korban. Terus waktu mau berangkat sudah 18 orang. Sekarang terus bertambah, progresnya sejak dari awal itu tidak ada yang menurun, tapi malah bertambah,” katanya.
Pantauan Serambinews.com, Muhammad Sahuddin bersama penumpang lainnya mendarat di Bandara SIM pada pukul 10.45 WIB. Tiba di ruang kedatangan internasional, Muhammad Sahuddin langsung dipisahkan dari penumpang lainnya.
“Muhammad Sahuddin, Muhammad Sahuddin,” panggil petugas. Muhammad Sahuddin kemudian langsung mendekat.
Dia kemudian diperiksa kesehatannya menggunakan alat pemeriksaan pemindai suhu tubuh (thermoscanner). Petugas juga memakaikan masker kepadanya. Tak cukup denggan alat pemeriksaan thermoscanner, Muhammad Sahuddin lalu dibawa ke lantai dua. Untuk diperiksa kembali dengan alat pendeteksi lainnya.
Tampak tangan Sahuddin dimasukkan ke dalam sebuah alat oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Dinas Kesehatan, dan juga Dinas Sosial Aceh. Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan selama hampir setengah jam, Muhammad Sahuddin dinyatakan tidak terjangkit virus,. Suhu badannya pun normal, lalu dia diizinkan pulang.
Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr Hanif kepada awak media mengatakan, pihaknya memastikan bahwa Muhammad Sahuddin tidak terjangkit virus corona.
"Kita hari ini sudah menjemput salah satu warga kita yang baru pulang dari China, beliau berasal dari Aceh Barat Daya. Alhamdulillah kita sudah periksa kesehatan, kondisinya sehat, tidak ada tanda-tanda terjangkit virus,” katanya.
Pihaknya mengizinkan Muhammad Sahuddin untuk pulang, namun tetap dalam pengawasan.
“Tetap kita waspadai karena beliau baru pulang dari negara yang terjangkit virus. Kita sudah data, sudah ada nomor HP. Jika sewaktu-waktu beliau kurang sehat, maka harus segera melapor kepada kita,” ujar dr Hanif.
Hanif mengatakan, Muhammad Sahuddin akan dipantau selama 28 hari. Masa inkubasi seseorang yang baru pulang dari daerah yang terjangkit virus. “Beliau hanya masuk dalam daftar orang yang harus kita awasi selama 28 hari,” ujarnya.
Terdapat enam mahasiswa Aceh yang kuliah di China dipastikan akan meninggalkan negara tersebut. Mereka pulang secara terpisah dan akan tiba di Aceh dalam waktu dua hari ke depan.
Namun, mereka yang akan meninggalkan China dalam waktu dekat, bukanlah mahasiswa yang menetap di Wuhan, kota tempat munculnya virus mematikan itu. Saat ini, masih ada 12 mahasiswa Aceh di Wuhan. Mereka terisolasi dan memilih berdiam diri di kamar asrama agar tidak terpapat virus corona melalui udara.
Kapsul Evakuasi
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan, Kemenkes sudah menyiapkan 21 kapsul evakuasi bagi pasien yang diduga terpapar virus Corona. Kapsul-kapsul tersebut telah disebar di sejumlah daerah untuk memudahkan proses evakuasi pasien.
"Kemenkes siapkan semua sarana-prasarana, isolasi, rumah sakit, dan sebagainya. Kapsul evaluasi juga sudah ada semua. Ada 21 kapsul yang ditempatkan di daerah-daerah untuk membawa dari tempat terduga menuju rumah sakit untuk isolasi," kata Terawan saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (28/1).
Terawan menyebut, kapsul-kapsul tersebut disiapkan di daerah-daerah yang rawan dikunjungi turis asal China. Meski demikian, Terawan tak merinci daerah mana saja yang telah menyiapkan kapsul itu. Ia hanga nenyebutkan 3 daerah yakni Jakarta, Makassar (Sulawesi Selatang) dan Manado (Sulawesi Utara).
Terawan menyebut, telah menyiapkan tiga rumah sakit rujukan bagi pasien yang terduga terjangkit virus corona. Tiga rumah sakit tersebut terletak di Jakarta, yaitu Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso, RS Tarakan, dan RSPAD Gatot Soebroto.
"(Ketiga rumah sakit itu) yang punya chamber (bilik) tekanan negatif (sehingga tidaka da tekanan udara untuk membantu mencegah penyakit yang dapat menyebar melalui udara, keluar dari ruangan isolasi dan menginfeksi orang lain, Red) dan gedung-gedung untuk isolasi. Itu bisa kita lakukan tergantung kayak apa modelnya, bertahap apa mau langsung kita Kemenkes siap," kata Terawan. Rumah sakit tersebut telah dilengkapi dengan ruangan isolasi dengan jumlahnya mencapai ratusan.
Berdasarkan catatan Kemenlu, terdapat 243 WNI yang berada di 17 lokasi karantina virus korona di Tiongkok. Sekitar 100 WNI berada di Wuhan, lokasi awal ditemukan virus Corona, yang berstatus mahasiswa.
Terawan juga tak masalah jika nantinya 243 orang WNI dari Wuhan langsung dievakuasi seluruhnya dari Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, China. Meraka dalam keadaan sehat. Padahal, wilayah tersebut merupakan kontak penyebaran virus corona di China.
"Tergantung seperti apa modelnya (evakuasi), mau bertahap, mau langsung enggak ada masalah," ujar Terawan.
Korban akibat virus corona kian bertambah. Kemarin, dinyatakan jumlah meninggal dunia akibat terjangkit virus Corona telah mencapai 106 korban, sejak Desember 2019. Dan pasien terinfeksi berjumlah 4.515 orang, sebagian besar berada di Provinsi Hubei.
"Artinya apa? Nomor satu itu imunitas tubuh kita itu harus dijaga. Kalo imunitas kita baik maka virus itu..," kata Terawan. "virus kan lawannya imunitas tubuh. Bukan vaksinasi atau apa-apa," sambungnya.
Terawan juga mengatakan, telah menyiapkan sejumlah prosedur untuk meningkatkan imunitas pasien diduga terpapar virus Corona. Pertama, kata Terawan, pihak Rumah Sakit akan melakukan isolasi bagi pasien. Kedua, dengan memberikan asupan makanan yang baik untuk meningkatkan kesehatan.
"Itu teknik dokter untuk meningkatkan kemampuannya supaya dia sehat imunitasnya bisa melawan virusnya. Itu saja," ucap Terawan.
Dokter Terawan yang mantan Kepala RSPAD Gatot Soebroto Jakarta mengatakan, kementerian kesehatan bersama kementerian terkait telah berkoordinasi untuk mencegah penyebaran virus Corona di Indonesia. Pemerintah pun telah menjaga 135 pintu masuk kedatangan dari luar negeri ke Indonesia selama 24 jam.
"Kami terus saling bahu membahu bekerja sama menjaga pintu-pintu masuk negara kita. 135 pintu masuk negara kita sudah dijaga 24 jam terus menerus dan dilaporkan setiap saat kepada kementerian kesehatan dan kementerian lembaga terkait," kata Terawan saat menghadiri rapat tingkat menteri (RTM) kesiapsiagaan dan antisipasi virus Corona di Kantor kementeroan Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (28/1).
Terawan mengungkapkan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga bakal memantau langsung jika ada gejala-gejala masyarakat yang diduga terjangkit virus Corona.
"Dan SOP yang dijalankan sudah sesuai. Bahkan baru merasa saja semua sudah diperiksa dengan detil dan terus dilakukan pemantauan bahkan ada yang dilakukan isolasi untuk menjaga demi tidak adanya wabah," ungkap dia.
Namun demikian, Terawan memastikan belum ada satupun kasus virus Corona yang terjangkit di Indonesia. "Memang sampai detik ini belum ada yang positif dan kita berdoa jangan sampai ada yang positif," kaanya.
Pemerintah membuka peluang untuk melakukan evakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, yang menjadi tempat penyebaran virus korona.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan pihaknya masih berkoordinasi dengan pemerintah Tiongkok terkait evakuasi. Langkah ini dilakukan karena wilayah Wuhan masih dalam status tertutup.
"Opsi evakuasi kami sudah bikin semua rencananya. Tetapi kami tetap berkomunikasi dengan otoritas Tiongkok. Kondisi Tiongkok yang lockdown ini menjadi perhatian kita semua," ujar Retno di Kantor kementeroan Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jln Medan Merdeka Barat, Jakarta.
Retno mengatakan telah berkomunikasi dengan negara lain yang warganya berada di Wuhan. Namun, Retno mengatakan kondisi wilayah karantina membuat evakuasi warga mengalami kesulitan.
"Saya berkomunikasi dengan pemerintah Australia dan mereka juga memiliki opsi itu. Tetapi sekali lagi, karena ada lockdown sehingga menjadi perhatian bersama," kata Menlu. (Serambi Indonesia/dan, Tribun Nertwork/yud/fah/igm)