TRIBUNNEWS.COM - Genap 100 hari pemerintahan Jokowi Maruf berjalan pada Selasa (28/1/2020), sejak pasangan ini dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden pada 20 Oktober 2019 lalu.
Saat itu, seusai dilantiknya pasangan Presiden dan Wakil Presiden tersebut, Joko Widodo dan Maruf Amin tidak mencanangkan target yang akan dicapai pada roda kepemerintahannya dalam 100 hari ke depan.
Kendati demikian capaian 100 hari kerja tampak melekat di benak publik untuk mengevaluasi kinerja Jokowi-Maruf sejak awal kepemerintahan di periode kedua (2019-2024).
“Enggak ada target seratus hari, ini kita melanjutkan sebelumnya,” kata Jokowi di Istana Kepresidenan usai melantik Kabinet Indonesia Maju, Rabu (23/10/2019), dilansir Kompas.com.
Hal yang sama diungkap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD.
"Kita ketika dilantik oleh presiden, Pak Jokowi itu ditanya oleh wartawan, 'Pak 100 hari kerja Bapak apa?'. Pak Jokowi bilang 'Ndak ada target, karena ini kelanjutan yang dulu," kata Mahfud MD, dilansir Mata Najwa, Rabu (29/1/2020).
Oleh karena Presiden Jokowi tidak menentukan target dalam 100 haari kerja dalam kepemimpinan baru periode keduanya, maka Mahfud mengaku ia juga tidak menentukan target.
Namun, Mahfud menyampaikan bahwa ia dapat mengukur kemajuan-kemajuan yang bisa dicapai hingga saat ini.
Mahhfud memberikan contoh kemajuan yang dapat dilihat dari sebuah hasil survei suatu institusi mengenai indeks penegakkan hukum di Indonesia.
"Indeks persepsi hukum ketika saya ditunjuk oleh Pak Jokowi itu ditunjukkan 49.1. Tadi malam saya dapat 62 penegakan hukum," ungkapnya.
Menanggapi pernyataan Menko Polhukam, Najwa Shihab selaku host dari acara pun membantah.
"Tapi 62 itu belum bagus-bagus banget lho Pak. 62 itu C, lulus tapi aduh, persis di angka kelulusan," kata Najwa.
Namun, Mahfud pun mengatakan bahwa selisih dari angka tersebut merupakan sebuah kenaikan untuk menilai kemajuan kepemerintahan Presiden Jokowi.
"Belum bagus, tapi dari 49 Mbak. 49 ke 62 berapa? 13 dalam 3 bulan," tegasnya.
"Oh jadi itu kenaikan?" tanya Najwa memastikan.
"Kenaikan dong...," jawab Mahfud.
"Walaupun belum bagus Pak?" tanya Najwa kembali.
"Nanti bagusnya nanti, kan 5 tahun," ungkap Mahfud seraya tertawa.
Dalam penjelasannya tersebut, Mahfud sempat berceletuk bahwa hasil survei itu tidak disarankan untuk diteruskan kepada aktivis negeri.
"Jangan tanya ke aktivis. Kalau ke aktivis mesti salah terus. Tapi ini rakyat ini," kata mantan ketua Mahkamah Konstitusi tersebut.
Sementara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Pandjaitan mengungkap dalam 100 hari kerja Presiden Jokowi cukup banyak kemajuan.
"Tapi yang saya mau sampaikan, sekarang ini kita sudah bisa membuat satu umbrella (payung) untuk investasi ke Indonesia," kata Luhut.
Lebih lanjut diterangkannya bahwa terdapat beberapa pihak yang ingin membuka investasi di Indonesia.
"Misalnya Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) dari Uni Emirat Arab (UEA) bisa gabung dengan Softbank dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dari Jepang, International Development Finance Corporation (IDFC) dari Amerika," papar Luhut.
Selain itu, disebutkan pula instansi dari Australia dan Singapura.
"Nah ini membuat Indonesia tu menjadi, 'Wow ini hebat gitu, orang mau invest ke Indonesia," tuturnya.
Najwa Shihab pun menanyakan nilai dari kemajuan kinerja periode kedua Presiden Jokowi.
"Jadi angkanya lebih dari 6?" tanya Najwa membandingkan nilai yang sebelumnya diungkap Mahfud.
"Sh saya nggak perlu meninlai-nilai gitulah," kata Luhut seraya tertawa.
"68 Pak," sambung Mahfud.
Di sisi lain, Luhut melanjutkan, ia bercerita mengenai salah satu peristiwa yang sebelumnya belum pernah terjadi di Indonesia.
Sebelumnya, Luhut bertemu dengan salah satu orang asal Australia bernama Endro Forest di Davos, Swiss.
"Dia orang kaya, dia punya aset. Tadi saya lihat di Google itu 37 milyar dollars," kata Luhut.
Luhut menyampaikan bahwa Indonesia kini dipandang sebagai tempat investasi yang bagus.
Oleh karenanya, Endro mengungkapkan kepada Luhut dirinya akan berinvestasi di Indonesia.
"Endro Forest ini diatur ketemu saya. Terus saya ketemu, saya tanya 'Endro kamu mau apa?'"
"Dia bilang, 'Saya mau bikin lewatkan pertama listrik dari Northern Territory ke Singapura lewat Indonesia'," cerita Luhut.
Menanggapi pernyataan Endro, Luhut mengaku menegasinya dengan kepastian kapan akan berinvestasi.
"'Kalau gitu kapan? Kamu kalau bicara-bicara saja saya capek gitu,' " tutrnya kepada Najwa.
"Memang saya capek," ungkapnya menambahi.
Ia pun menawarkan Endro untuk beranjak ke Indonesia pada pertengahan Februari.
"Saya siapin semua kau invest," katanya kepada Endro saat itu.
Namun, yang terjadi luhut tiba-tiba ditelepon Endro yang mengajukan pertemuannya ke Indonesia dipercepat.
"Wuh, saya bilang 'Untuk apa?', (Endro menjawab) 'Ya kita bicara proyek empat, proyek besar itu,'" kata Luhut.
Tak berpikir lama, kemudian Luhut membuat rapat untuk menyambut Endro di Indonesia.
"Besok dia datang dan dia hari Jumat pergi ke side di Kayan Kalimantan Utara," katanya.
Ia pun menjelaskan bahwa Endro akan berinvestasi sebanyak 1.000 Mega Watt atau sekitar 2 milyar dollar.
Adanya kesepakatan tersebut, menurut Luhut, belum pernah terjadi secara cuma-cuma.
"Sekarang Indonesia itu termasuk negara yang potensial yang disebut Green-gren Energy. Nah ini kehebatan kita. Dulu pernah? Ndak pernah," ujar Luhut.
Menurutnya hal ini membuktikan bahwa seusai dilantik, kepemerintahan Presiden Jokowi menunjukkan peningkatan kepercayaan pihak luar dengan Indonesia.
"Jadi kalau mau saya bilang Pak Jokowi ini selama 5 tahun pertama, beliau meletakkan landasannya. Sekarang kedua ini saya pikir lebih cepat," pungkas Luhut.
Oleh karenanya, ia berpandangan apabila pengganti presiden tak jauh berbeda dengan sistem kepemimpinan Jokowi, maka Indonesia dimungkinkan akan tumbuh 7 hingga 9 perseb dalam 10 atau 15 tahun ke depan.
(Tribunnews.com/Nidaul Urwatul Wutsqa)