TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan penanggulangan dan pencegahan bencana tidaklah cukup dengan melakukan pembangunan infrastruktur fisik pengendali.
Selain langkah tersebut, diperlukan langkah lain berupa pengelolaan lingkungan hidup yang tak kalah penting untuk diperhatikan.
Baca: Presiden Singapura Beri Ucapan Selamat ke Jokowi Terpilih Kembali Menjadi Presiden RI
Hal tersebut disampaikan olehnya saat memberikan pengarahan kepada para peserta Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2020 yang bertempat di Sentul International Convention Center, Kabupaten Bogor, pada Selasa (4/2/2020).
"Benar bahwa solusi pembangunan infrastruktur itu penting. Tapi selama ekologinya tidak diperbaiki, selama tidak dilakukan penanaman pohon, bencana tanah longsor akan terus terjadi," ujarnya sesuai keterangan pers Biro Pers Istana Kepresidenan, Selasa.
Dalam arahannya itu, Kepala Negara menjelaskan bahwa ancaman dan kejadian bencana alam dari tahun ke tahun cenderung meningkat.
Tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di negara lainnya oleh karena perubahan iklim global.
Namun, berangkat dari pengalaman yang ada, banyak kejadian bencana alam yang terjadi terus berulang sehingga dapat diperkirakan pola kejadian serta dicarikan solusi bagi upaya pencegahannya.
Seperti misalnya banjir, kebakaran hutan dan lahan, serta berulangnya bencana tanah longsor di sejumlah wilayah.
"Sebetulnya banyak ancaman bencana yang rutin berulang. Kalau kita lihat sejarah panjang kelihatan sekali. Setiap musim kemarau ini pasti ada yang namanya kebakaran hutan dan lahan gambut. Setiap musim penghujan juga ada ancaman banjir, banjir bandang, dan tanah longsor," tuturnya.
Seperti dalam hal pencegahan banjir dan tanah longsor misalnya, Kepala Negara berpandangan bahwa sering kali bencana tersebut terjadi salah satunya akibat kelalaian ekologis kita sendiri.
Kelalaian dalam mengelola lingkungan hidup di sekitar kita menjadi sebab awal terjadinya banyak bencana tersebut.
Selain itu, dalam melakukan pencegahan dan penanganan bencana, diperlukan solusi permanen yang tidak terbatas pada pembangunan infrastruktur fisik pencegah bencana.
"Kemarin saya datang di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, di situ (kejadian) sudah berulang. Jangan diurusi urusan fisiknya saja. Buat tanggul penahan itu penting. Tapi yang paling penting apabila kita mau merehabilitasi lahan, menanam pohon-pohon yang memiliki akar yang kuat sehingga longsor itu tidak terjadi," kata Presiden.
Penanaman tanaman vetiver, yang dilakukan Presiden saat kunjungan kerja ke Sukajaya, Bogor, kemarin, disebutnya memiliki manfaat yang besar dalam mencegah terjadinya bencana longsor dan banjir sekaligus merehabilitasi lahan.
Vetiver diketahui memiliki kemampuan untuk menahan gempuran aliran hujan deras dan menjaga kestabilan tanah sehingga mencegah tanah longsor dan erosi.
"Ini mau saya kenalkan, tanam yang namanya vetiver. Dalam setahun ini kita tanam akarnya bisa mencapai setengah sampai satu meter," ucap Jokowi.
"Dalam tiga atau empat tahun akarnya bisa mencapai 3 meter. Ini harus dikenalkan, diperbanyak bibitnya, sebarkan ke daerah-daerah yang memiliki ancaman bencana banjir dan tanah longsor," ujarnya menambahkan.
Adapun yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan lahan, meski dipengaruhi oleh kondisi musim kemarau yang panjang, banyak kejadian yang muncul juga karena ulah kita sendiri.
Hal itu ditambah dengan kerusakan ekosistem dan lingkungan serta tata ruang dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan risiko-risiko bencana.
Maka itu, Presiden Joko Widodo mengajak seluruh pihak untuk membangun komitmen dan menumbuhkan kesadaran kolektif bahwa bencana alam adalah urusan bersama.
Baca: Xanana Gusmao: Republik Demokratik Timor Leste Minta Bantuan Indonesia Tangani Virus Corona
Pencegahannya pun juga harus dilakukan secara menyeluruh sehingga mampu mengurangi dampak bencana sekaligus selalu siap dalam menghadapi bencana yang bisa terjadi kapapun.
"Pengalaman kita menunjukkan, sebetulnya masih banyak bencana yang bisa kita cegah, minimal dikurangi (dampaknya). Sering kita juga tergagap-gagap dalam menghadapi bencana," tuturnya.