Laporan Wartawan Tribunnews.com Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, NATUNA - Warga di Kampung Tua Penagi merasakan langsung dampak observasi ratusan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, China yang menjalani masa inkubasi selama 14 hari.
Warga disini paling was-was karena jarak perkampungan ke hanggar Lanud Raden Sadjd hanya 1 Km. Mereka sempat mengungsi ke rumah kerabat yang lebih jauh hingga keluar pulau agar bebas dari teror virus corona yang menghantui.
Berikut beberapa fakta amatan Tribunnews.com yang menggambarkan kecemasan warga di bawah bayang-bayang ancaman virus corona selama satu minggu masa observasi.
1. Warga Berdiam Diri di Rumah
Satu hari setelah kedatangan WNI dari Wuhan, China, Pantauan Tribunnews.com Senin (3/2/2020) warga di Kampung Tua Penagi masih dilanda ketakutan. Jendela dan pintu rumah warga tertutup rapat. Mereka memilih berdiam diri di rumah.
2. Ditinggal Warga Mengungsi, Kampung Tua Penagi Seperti Kota Mati
Situasi di Penagi makin sepi, warga pilih mengungsi meninggalkan rumah mereka. Kampung ini layaknya kota mati, tanpa aktivitas warga. Satu keluarga di Penagi bahkan histeris ketika hendak mengungsi.
Seorang ibu nekat mengungsi membawa serta lima anaknya. Dia terus menangis dan buru-buru mengemasi barang bawaan.
Baca: Profil Huang Xiqiu, Arsitek Kelahiran Indonesia yang Bangun RS Khusus Virus Corona di Wuhan
Baca: Bandar Casino di Makau Rugi Besar Sejak Mewabahnya Viruss Corona
"Saat mau mengungsi, ada warga saya yang histeri. Dia melapor mau ngungsi sambil teriak dan menangis," ucap Yohanes.
"Saya sayang anak-anak saya, saya mau segera mengungsi. Disini jaraknya terlalu dekat dengan hanggar," papar Yohanes menirukan warganya yang histeris mengungsi.
3. Ratusan WNI yang Diisolasi Tiba, Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna Baru Beri Sosialisasi.
Ketua RT 01 Penagi, Yohanes menjelaskan sosialisasi pada warga Penagi baru diberikan Dinas Kesehatan pada Minggu (2/2/2020) sore.
"Pagi WNI datang, sorenya Dinas Kesehatan ke sini. Mereka katakan bakal ada penyemprotan desinfektan. Lalu mereka bagikan 350 masker dan menjelaskan virus corona akan mati kalau kena sinar matahari," kata Yohanes.
Adanya sosialisasi meski terlambat, diakui Yohanes membuat kecemasan warganya berkurang. Tapi, puluhan warga sudah terlanjur mengungsi meninggalkan Penagi.
Saat sosialisasi warga diminta tidak perlu cemas, tetap jaga kesehatan dan pola makan, menggunakan masker serta selalu mencuci tangan.
4. Perekonomian di Penagi Sempat Lumpuh
Perekonomian di Kawasan kota tua ini sempat lumpuh karena kecemasan yang luar biasa. Warung-warung milik warga kompak tutup.
Kondisi mencekam ini terjadi selama dua hari. Parahnya lagi, tidak ada nelayan yang berani melaut, aktivitas buruh pelabuhan ikut terhenti.
'Jelas ekonomi disini terganggu. Nelayan tidak bekerja, semua cemas. Warga tidak ada yang jualan, sangat sepi," kata Ketua RT 01 Penagi, Yohanes
5. Resepsi Pernikahan warga ditunda
Pasangan pengantin Solihin (21) dan Parmita (20) terpaksa menunda resepsi pernikahan mereka. Padahal akad nikah sudah digelar Senin (3/2/2020).
Sesuai rencana, mereka akan menggelar resepsi pada Kamis (6/2/2020). Karena lokasi resepsi dekat dengan hanggar isolasi, terpaksa resepsi ditunda.
Padahal, beragam makanan telah disiapkan. Undangan sudah disebar hingga panggung sudah dibuat. Kekhawatiran tertular virus corona jadi alasan utama resepsi ditunda.
Ketua RT 01 Penagi, Yohanes mengatakan menurut keluarga, respsi baru akan digelar setelah masa observasi ratusan WNI selesai dilakukan.
"Resepsi pernikahan warga saya ditunda sampai dua minggu, selesai observasi," ungkap Yohanes.
6. Imlek Bersama Batal Digelar hingga Cap Go Meh Penuh Kesederhanaan
"Selain resepsi pernikahan batal digelar. Imlek bersama warga Penagi juga batal. Padahal panggung udah dibuat. Rencananya Imlek bersama itu malam minggu, Sabtu (1/2/2020) tapi ditunda karena WNI dievakuasi dan dibawa ke Natuna," ungkap Ketua RT 01 Penagi, Yohanes.
Biasanya, Imlek bersama di Penagi selalu ramai. Warga menggelar acara makan bersama, tukar kado hingga menyiapkan panggung hiburan di depan Klenteng.
Sementara itu perayaan Cap Go Meh di Penagi juga dibalut kesederhanaan. Warga Tionghoa hanya sembayang di Klenteng tanpa ada hiburan serta makan bersama.
Menyikapi ini, Ketua RT 01 Penagi, Yohanes mengungkapkan ada suasana keprihatinan yang benar-benar dirasakan warganya.
"Sungguh kami merasakan suasana keprihatinan, kedukaan yang mendalam. Disaat begini kan tidak mungkin kami melakukan aktivitas lain seperti resepsi atau warga tetap berjualan. Pasti omongan orang kok terlalu sekali. Makanya kami batasi aktivitas keseharian," imbuhnya.