Laporan Wartawan Tribunnews.com, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Azis Syamsuddin mencoba Bis listrik yang digagas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Rabu (12/02/2020).
Pada moment tersebut, Azis Syamsuddin berharap ke depan mobil listrik dapat dinikmati dan dijangkau semua elemen masyarakat layaknya mobil minibus yang kerap berlalulang di jalan protokol.
"Bagaimana mobil listrik ini jangan dimulai dari mobil mewah tapi mobil yang bisa dijangkau masyarakat, seperti Avanza atau Innova. Itu mobil yang relatif hampir setiap meter kita ketemu dan kita tidak bisa nyalip mobil Avanza. Karena pas mau nyalip mobil avanza di depannya sudah ada mobil avanza lagi," ujar Azis Syamsuddin di Kantor DPP LDII, Jakarta.
Baca: Aplikasi Servis Berbasis Cloud Terbaru untuk Kurangi Downtime pada Infrastruktur Utama Sistem Pompa
Wakil ketua DPR tersebut mengapresiasi LDII sebagai organisasi islam yang tidak hanya menyoroti masalah agama saja.
Akan tetapi LDII juga berani mengangkat masalah lingkungan, dalam hal ini menurutnya LDII berani menyelenggarakan diskusi dengan tema menyongsong era mobil listrik.
Azis Syamsudin juga menyampaikan beberapa catatan terhadap LDII, diantaranya terkait sampah baterai dari bis atau mobil listrik setelah tidak bisa digunakan.
Baca: Serahkan Omnibus Law Cipta Kerja ke DPR, Airlangga: Singkatannya Ciptaker, Jangan Diplesetin
Menurutnya, lithium waste dari mobil listrik yang sudah tidak bisa digunakan akan lebih berbahaya dari mobil konvensional.
"Karena sehabis era mobil listrik, jangka waktu electric vehiclenya sampai berapa lama, kemudian wastenya mau dikemanain. Apakah zat kiminya itu membahayakan atau tidak. Itu yang harus kita pikirkan," ujarnya.
Ia berharap diskusi yang diselenggarakan LDII akan menghasilkan ide terkait sampah dan tempat penampungan mobil listrik nantinya.
Baca: Kakek Acun Baru Khitan Saat Umur 75 Tahun: Hatinya Luluh Karena Bujukan Istri Kedua, Sakitnya Sehari
Dan dapat memberikan solusi bagi pemerintah kedepan untuk memproduksi mobil listrik secara masal.
"Semoga diskusi terpumpun LDII menghasilkan suara, menghasilkan ide bahwa wastnya itu tidak berbahaya dan sudah ada tempat penampungan waste. Sehingga tidak ada lagi sampah-sampah konvensional seperti di bantar gebang dan TPA lainnya," ujarnya.
Ketua Umum LDII, Abdullah Syam, mengatakan LDII telah mengkaji gagasan mobil listrik tersebut melalui 4 pilar, yaitu pilar lingkungan, pilar teknis, pilar regulasi atau sosial keterlibatan eksekutif dan legislatif, juga pilar ekonomi.
"Supaya kita tidak ketinggalan dari negara-negara lain. Di LDII itu ada 3K, yaitu Karya atau berbuat sesuatu, komunikasi yang terus kita jalin dan akhirnya memberikan kontribusi," ujar Abdullah Syam.