Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Demokrat menilai pemerintah sudah putus dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional, dengan mengusulkan orang kaya menikahi dengan orang miskin.
"Usulan itu bentuk keputusasaan Jokowi menaikkan pertumbuhan ekonomi yang meroket sesuai janjinya, termasuk menekan angka kemiskinan," ujar Ketua DPP Partai Demokrat Irwan saat dihubungi, Jakarta, Sabtu (22/2/2020).
Baca: Politisi Demokrat Nilai Survei Prabowo Menteri Terbaik Hal Wajar, Sebut Nadiem Makarim Darling
Ia pun menilai, pemerintah, khususnya Menko PMK telah mengecilkan makna menikah dan hal ini pun bukan cara yang efektif menekan angka kemiskinan di tanah air.
"Secara statistik tidak akan efektif dan signifikan menekan kemiskinan. Yang ada negara mengintervensi hak asasi manusia untuk saling mencintai tanpa memandang strata, suku, agama dan ras," tutur Irwan.
Baca: Meski Politisi Demokrat Sebut Jokowi Tak Jelas soal Hasil Survei Menteri: Tak Murni Salah Presiden
Sebelumnya, Menko PMK Muhadjir Effendy memberi saran kepada Menteri Agama Fachrul Razi agar membuat fatwa soal pernikahan yang memberikan dampak pada status sosial keluarga baru tersebut.
"Yang miskin wajib cari yang kaya, yang kaya cari yang miskin. Jadi kalau ada ajaran agama mencari jodoh," kata Menko Muhadjir di JIEXPO Kemayoran Jakarta Pusat, Rabu (19/2/2020).
Muhadjir: Ceramah tak dimuat, malah guyonan yang dimuat
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, mengaku pernyataannya yang menganjurkan orang kaya menikahi orang miskin hanya sekedar intermezzo atau selingan.
Ia menjelaskan usulannya tersebut ia sampaikan kepada Menteri Agama, Fachrul Razi, saat memberi sambutan di acara Rapat Kerja Kesehatan Nasional di JlEkspo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (19/2/2020).
Muhadjir mengungkapkan sempat kaget saat tahu pernyataan yang ia anggap sebatas intermezzo ini menjadi viral.
Pasalnya, setelah memberikan ceramah selama satu jam dalam Rakernas tersebut, justru pernyataanya itu yang menjadi topik utama di berbagai media.
Hal ini ia sampaikan dalam program METROTV NEWSROOM yang Tribunnews kutip dari YouTube metrotvnews, Jumat (21/2/2020).
Sebelumnya, Muhadjir menceritakan awal munculnya pernyataan terkait usulan si kaya menikah dengan si miskin.
"Jadi tanggal 18 Februari 2020, saya memberi pengarahan di depan Rakernas kesehatan seluruh Indonesia," kata Muhadjir.
Rakernas itu menjelaskan tentang bagaimana menerjemahkan visi dan misi presiden dan wapres dalam konteks pembangunan manusia Indonesia dan kebudayaan.
"Kemudian satu diantara masalah yang harus diatasi adalah mengentas kemiskinan," imbuhnya.
"Dalam konteks ini kami bicara soal rumah tangga Indonesia berdasarkan data BPS per September 2019," ujarnya.
Dalam data tersebut, menunjukkan jumlah rumah tangga Indonesia sebanyak 57.116.000, sementara 9,4 persen adalah rumah tangga sangat miskin dan miskin.
"Nah yang saya paparkan satu di antara faktor keluarga miskin masih besar adalah terjadi lingkaran setan kemiskinan. Dimana itu belum bisa di potong," jelasnya.
Baca: Menko PMK Muhadjir Buka Raker Kesehatan Nasional 2020
"Satu di antaranya adalah gejala yang saya sebut dengan stratifikasi dalam sistem perkawinan berdasarkan ekonomi," kata Muhadjir.
Jadi keluarga konglomerat berbesanan dengan keluarga konglomerat lainnya, dan keluarga kaya juga mencari jodoh dengan yang kaya.
"Begitu juga yang terjadi di keluarga miskin, sehingga akan melahirkan keluarga miskin baru," jelasnya.
Kendati demikian, Muhadjir mengaku belum menemukan data resminya terkait hal tersebut.
"Kalau data penelitian saya belum menemukan secara metodologis, tetapi pakai akal sehat sajalah itu," tegasnya.
Sehingga menurutnya, untuk memutus rantai kemiskinan harus dipangkas dengan mengurangi keluarga yang berpotensi menjadi rumah tangga miskin.
Baca: Perlu Kolaborasi Multipihak untuk Penurunan Angka Pravilensi Stunting kata Muhadjir Effendy
Meski begitu, Muhadjir kembali mengingatkan pernyataannya itu hanya sebatas saran dalam melihat persoalan kemiskinan di Indonesia.
"Waktu itu saat saya ceramah memberikan selingan atau intermezo kepada Menteri Agama," ujarnya.
"saya bilang 'Cobalah Pak Menteri Agama barangkali perlu ada semacam fatwa bahwa yang kaya menikah dengan yang miskin' gitu," imbuhnya.
"Fatwa itu kan artinya petuah atau saran. Ini jangan diasosiasikan sebagai fatwa ulama," tegasnya.
Mendengar hal tersebut satu di antara pembawa acara menanyakan terkait respons Fachrul Razi saat mendengar usulan Muhadjir.
Baca: Menko Muhadjir Usulkan Menag Fachrul Terbitkan Regulasi Si Kaya Menikah dengan Si Miskin
Menko PMK ini kemudian menjawab Fachrul Razi hanya tertawa saja saat mendengar saran orang kaya menikahi orang miskin.
"Ya wong namanya intermezzo, ya ketawa saja," kata Muhadjir.
Di sisi lain, Muhadjir mengaku kaget saat pernyataan soal orang kaya menikahi orang miskin jadi viral.
Pasalnya pernyataanya itu yang menjadi topik utama di berbagai media.
Mengingat selama satu jam memberikan ceramah di Rakernas, tak hanya itu yang ia bahas.
"Saya kaget juga kok itu yang jadi berita," ungkapnya.
"Ternyata ceramahnya tidak dimuat, guyonannya yang jadi headline," kata Muhadjir sambil tertawa.