TRIBUNNEWS.COM - Hasil survei dari Politika Research and Consulting (PRC) dan Parameter Politik Indonesia (PPI) menunjukkan tingkat elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengalami kemrosotan.
Berdasar hasil survei tersebut, tingkat elektabilitas Anies dinilai tidak cukup baik jika pemilihan presiden dilaksanakan saat ini.
Diketahui, berdasarkan hasil survei, elektabilitas Anies saat ini hanya sebesar 11,5 persen.
Elektabilitas ini turun dari yang sebelumnya sebesar 15-20 persen.
Terkait dengan hal tersebut, Ketua Pemenangan Pemilu Golkar Maman Abdurrahman angkat bicara.
Menurutnya, jika elektabilitas kandidat yang terlalu tinggi saat ini justru akan menjadi persoalan.
"Itu berbahaya juga, kalau tinggi di depan bisa digebuk ramai-ramai," ujar Maman sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
Maman kemudian membandingkan elektabilitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada awal masa pemerintahannya.
Menurut Maman, meski telah terpilih sebagai presiden, di periode 2014-2015 justru masih banyak masyarakat yang menganggap Jokowi bukan presiden.
Melainkan Wali Kota Solo atau Gubernur DKI Jakarta.
Namun, setelah 2015, menurut Maman, elektabilitas Jokowi terus mengalami kenaikan.
"Tapi setelah 2015 naik. Dalam politik itu tidak boleh tinggi-tinggi di depan," terang Maman.
Diberitakan sebelumnya, hasil survei dari PRC dan PPI menunjukkan tingkat kepuasan terhadap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan cenderung turun.
Baca: Prabowo Capres Favorit 2024, Kalahkan Anies Baswedan dan Sandiaga
Baca: Jakarta Banjir Lagi, Warga DKI Sebut Anies Baswedan Tak Lagi Punya Dalih: Faktanya Berjilid-jilid
Elektabilitas Anies mengalami penurunan diduga lantaran penanganan banjir di Jakarta.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno dalam sebuah tayangan yang diunggah di kanal YouTube KompasTV, Minggu (23/2/2020).
Menurut Adi, sisa kepemimpinan Anies di Jakarta selama 2,5 tahun ke depan adalah pertaruhannya untuk menjaga performa.
"Bagi Anies 2,5 tahun sisa pemerintahannya adalah pertaruhan apakah Anies tetap bisa menjaga performa politiknya, sebagai bagian tokoh yang selalu dihadap-hadapkan dengan penguasa saat ini," kata Adi.
Adi mengatakan, ujian nyata bagi Anies adalah soal membenahi masalah banjir, kemacetan serta distribusi ekonomi yang berkeadilan.
"Kalau melihat kecenderungan elektabilitas Anies justru turun, Anies saat ini elektabilitasnya 11,5 persen, kalau sebelumnya kan Anies tinggi, 15-20 persen," ungkapnya.
Adi menduga, elektabilitas Anies turun dalam waktu dekat ini lantaran penanganan masalah banjir banjir di DKI Jakarta yang terjadi sejak 1 Januari 2020 lalu.
Baca: Jakarta Kembali Dikepung Banjir, Ketua DPRD DKI Soroti Kepemimpinan Anies
Baca: Rumahnya di Jakarta Banjir Lagi, Yunarto Wijaya Sindir Anies Baswedan: Ditunggu Kata-kata Ajaibnya!
"Andai Pilpres dilakukan hari ini, saya menduga kenapa elektabilitas Anies ini turun dalam waktu dekat ini."
"Karena banjir yang terjadi di Jakarta sejak 1 Januari 2020 itu cukup ekefektif membunuh krediilitas Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta," tegasnya.
Untuk kembali menaikkan elektabiltasnya, Anies harus ekstra keras untuk membenahi isu-isu politik yang berkembang di masyarakat.
"Makanya bagaimana Anies ini mampu me-recovery isu-isu politik yang berkembang."
"Kurang lebih dua tahun ke depan untuk menaikkan elektabilitas dia," terangnya.
Hal itu perlu dilakukan Anies, jika dirinya ingin maju mencalonkan diri dalam kontestasi pemilihan presiden pada 2024 mendatang.
"Andai Anies bermimpi untuk jadi presiden 2024, jadi Anies ini pertaruhan di sisa dia sebagai Gubernur Jakarta," paparnya.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri) (Kompas.com/Dani Prabowo)