"Iki dikepruk opo ora? (Ini dipukul atau tidak ya)" tanya Ganjar.
Risma lantas memberi pembelaan, kadar marahnya hanya lima persen, sisanya ia sangat baik.
"Pak Ganjar, saya kasih tahu. Saya itu marahnya cuma lima persen lah, sehari. Sembilan puluh lima persen itu baik banget," kata Risma.
Jawaban Risma yang sedikit 'ngegas' membuat Ganjar ikut menimpali.
"Lho iya, saya percaya, ora sah methengtheng, Mbak (Tidak usah emosi)," timpal Ganjar.
"Saya baik hati, rajin menabung, dan tidak sombong," lanjut Risma.
Jawaban Risma yang tegas dan 'ngegas' kembali membuat Ganjar merasa sedang dimarahi wanita berusia 58 tahun itu.
"Iya, iya, iya, ho o. Malah aku diseneni, to, ciloko iki (Malah aku yang dimarah, kan celaka)," ucap Ganjar yang disambut tawa penonton.
"Catat ya, marahnya lima persen sehari, akumulatifnya lumayan," sambung Ganjar.
Meski demikian, menurut Ganjar, 'berkat' hobi Risma yang gemar marah-marah menjadikan Surabaya kota yang menarik.
"Anak mudanya kreatif, kotanya menjadi, bunganya banyak, tamannya bisa buat wisata, jadi seneng," puji Ganjar.
Momen keakraban lain yang ditunjukkan Ganjar dan Risma, saat Risma menceritakan keberhasilannya memberdayakan para perempuan yang dulu di lokalisasi Dolly.
Mereka telah membuat sejumlah produk berbasis UMKM dan hasilnya telah dipasarkan tak hanya di Surabaya.
"Pangsa pasarnya bukan hanya di Surabaya," kata Risma.