News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kemenkes Ungkap Penyebab Tingginya Angka Kematian Anak Akibat Demam Berdarah di Kabupaten Sikka

Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi saat ditemui di Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Jumat (14/2/2020).

Laporan wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pederita demam berdarah di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 1.209 orang.

Bukan hanya itu, tercatat ada 14 orang meninggal dunia akibat wabah tersebut.

Tingginya kasus demam berdarah membuat pemerintah menyatakan status Kejadian Luar Biasa (KLB) di wilayah Sikka.

Terlebih korban meninggal dunia akibat demam berdarah di Sikka mayoritas berusia di bawah 14 tahun.

Direktur Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menjabarkan tiga alasan mengapa banyak anak-anak yang meninggal di Sikka.

Baca: Kemenkes Catat Angka Kematian Tertinggi Akibat Demam Berdarah Terjadi di NTT

Pertama karena ada faktor keterlambatan membawa anak ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

Orangtua baru menyetujui anaknya dibawa ke rumah sakit setelah kondisi demam berdarah yang diderita anak parah sehingga terlambat mendapat penanganan.

"Beberapa kejadian meninggal karena terlambat, begitu anaknya gak sadar baru mau dirujuk, kondisinya sudah berat. Ada yang meninggal setelah kurang lebih setengah jam di IGD rumah sakit," kata Siti Nadia di Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Rabu (11/3/2020).

Kedua banyak penderita anak yang meninggal ini karena adanya hambatan dalam masalah layanan kesehatan di Kabupaten Sikka.

Baca: UPDATE Wabah DBD di Tangsel Tercatat 87 Kasus, DPRD Gerindra Imbau Pasien Berobat ke Puskesmas

Melihat banyaknya kasus di Kabupaten Sikka sudah ada tiga rumah sakit yang disiagakan untuk menampung para penderita.

Puskesmas juga telah digunakan untuk merawat pasien tapi hanya bisa melayani pasien demam berdarah pada status demam berdarah tertentu saja sehingga akhirnya perlu dirujuk ke rumah sakit juga.

"Kalau Sikka dekat dengan Ende perlu waktu dua jam untuk merujuk pasien ke kota Maumere sehingga ketepatan waktu dirujuk juga jadi kunci," ungkap Siti Nadia.

Baca: Virus DBD Merebak, Jumlah Kasus Setara dengan Virus Covid-19

Alasan ketiga karena menurut dokter spesialjs pemyakit dalam dan dokter anak karakteristik penyakit demam berdarah sulit dikembalikan dengan cepat.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini