Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Rita Rogayah memastikan pihaknya tak merawat pasien positif virus corona yang meninggal dunia di ruang isolasi.
Pasien yang meninggal tersebut diketahui pasien kasus nomor 25.
Baca: Jawaban Pemerintah Terkait Protes Kedubes Jepang soal Sikap Diskriminatif terhadap Warganya
"Pasien 25 enggak disini, jadi saya nggak paham," kata Rita di RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, Rabu (11/3/2020).
Rita mengatakan, pihaknya memang merawat sebanyak 7 pasien positif virus Corona hingga Rabu (11/3/2020).
Namun, pasien dengan kasus nomor 25 tidak terdaftar di ruang isolasi.
Dia menuturkan, pasien positif Corona yang telah dirawat di ruang isolasi adalah pasien kasus nomor 5, 6,14,18,19, 20 dan 24.
Seluruhnya, masih ditangani intensif oleh petugas medis RSUP Persahabatan.
"Jadi total kami merawat 7 pasien positif Corona," pungkasnya.
Seperti diwartakan sebelumnya, pasien kasus 25 yang sempat dirawat lantaran terinfeksi virus corona meninggal dunia, Rabu (11/3/2020).
Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto menyebut pasien 25 meninggal bukan hanya karena virus corona.
Pasien 25 ternyata sebelumnya sudah menderita diabetes, hipertensi, hipertiroid, dan penyakit paru obstruksi menahun.
Menurut Yuri, virus corona memperburuk daya tahan tubuh pasien 25.
"Corona virus ini akan memperburuk daya tahan tubuh dia dan ini menyebabkan peluang penyakit-penyakit dasar yang dia miliki menjadi semakin parah," kata Yuri dalam jumpa pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (11/3/2020).
"Jadi bukan karena corona virus sebagai penyebab utama, tapi itu yang memperburuk kondisinya," kata dia.
Menurut Yuri, kondisi serupa juga terjadi pada pasien yang meninggal di sejumlah negara lain.
Banyak pasien yang meninggal sudah memiliki penyakit lain sebelum terjangkit virus asal China itu.
Baca: Cegah Penyebaran Corona, Gubernur Anies Instruksikan Jajaran Pemprov DKI Kurangi Jabat Tangan
"Beberapa kasus yang kita pelajari dari kasus meninggal di beberapa negara, karena sepsis itu infeksi keseluruhan di pembuluh darahnya dan sebagainya yang disebabkan karena bakteri, bukan karena virusnya," kata Yuri.
"Daya tahan tubuh yang jelek ini yang kemudian bakteri yang semula tidak menimbulkan penyakit akan menjadi oportunis. Menjadi masalah dengan tidak bisa dikendalikan menjadi masalah dan menjadi sepsis," sambung Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes itu.