News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Cerita Ika Dewi, Sopir Ambulans Perempuan Garda Terdepan Penanganan Virus Corona

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ika Dewi Maharani, sopir ambulans pengantar pasien Covid-19 di Kantor BNPB, Jakarta, Kamis (16/4/2020)

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sopir ambulans merupakan profesi yang sangat vital, terutama dalam pandemi virus corona atau Covid-19 yang melanda tanah air kita akhir-akhir ini.

Profesi ini biasanya didominasi oleh kaum pria.

Baca: Pasien Positif Virus Corona yang Dirawat di RSD Wisma Atlet Jumlahnya 406, Berkurang 15 Pasien

Namun tidak bagi Ika Dewi Maharani yang mau bergabung dengan Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 sebagai sopir ambulans.

Perempuan asal Maluku Utara ini sebenarnya memiliki dasar keperawatan.

Namun dia memutuskan menjadi sopir ambulans karena panggilan hati untuk membantu orang.

"Awalnya kan untuk relawan dibutuhkan perawat ambulans. Nah, dengan keahlian yang saya miliki bisa menyetir, dan saya basic perawat. Jadi pas saya untuk panggilan hati karena kewajiban saya, jadi saya harus melayani," ujar Ika Dwi di Kantor BNPB, Kamis (16/4/2020).

Selain itu, dirinya mengungkapkan bahwa tenaga sopir ambulans yang dibutuhkan untuk penanganan corona juga masih minim.

Sehingga dirinya memutuskan untuk bergabung.

Ika yang tergabung dalam Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana sebenarnya kuliah di Surabaya.

Namun dirinya mau membantu di wilayah Jakarta angka orang yang terjangkit Covid-19 masih sangat tinggi.

Sehari-hari dia tinggal di mess yang disediakan oleh BNPB.

Ika saat ini ditugaskan membantu Rumah Sakit Universitas Indonesia.

Sebagai seseorang yang bersentuhan langsung dengan pasien,

Ika mengakui ketakutan tertular virus corona.

Meski begitu, Ika mengaku memiliki tanggung jawab untuk membantu pasien dari awal hingga akhir.

Sehingga ketakutan tersebut dapat diredam.

Baca: Kapolri Keluarkan Telegram, Isinya Minta Jajarannya Gelar Baksos Serentak Jelang Ramadan

"Ini kewajiban saya, rasa takut ada pasti. Cuma ini harus kita lihat pagi ini adalah tugas sebagai relawan medis. Kita harus menangani pasien dari awal sampai akhir pasien harus kita tangani," tutur Ika.

Dirinya juga berpesan agar relawan tetap semangat dalam membantu penanggulangan pandemi corona yang melanda negara ini. Ika berharap wabah ini segera berakhir.

Curhat Sopir Ambulans Pembawa Jenazah

Pembawa Acara Najwa Shihab (kiri) dan Muhammad Nursyamsurya (kanan) di acara Mata Najwa, Trans 7, Rabu (15/4/2020) (YouTube Najwa Shihab)

Siaran Mata Najwa di Trans 7, pada Rabu (15/4/2020) menampilkan seorang sopir ambulans pembawa jenazah Covid-19.

Sopir mobil jenazah Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta, Muhammad Nursyamsurya, menceritakan terkait penambahan pasien Covid-19 yang meninggal setiap harinya.

Ia juga sempat geram melihat masih banyak publik yang belum menyadari akan bahaya virus yang pertama mewabah di Wuhan ini.

Pria yang akrab disapa Syam ini juga tak bisa menahan tangisnya saat mengimbau warga untuk dapat menaati instruksi dari pemerintah agar tetap di rumah demi menekan laju persebaran Covid-19. 

Sebelumnya, Syam mengaku pekerjaannya selama ini sebagai sopir ambulans untuk jenazah wabah penyakit menular termasuk Covid-19 di DKI Jakarta.

"Kami memakamkan jenazah yang kami terima dari seluruh rumah sakit di DKI Jakarta yang tertulis di surat kematian itu penyakit menular," ungkap Syam.

Bahkan Syam mengaku sejak Covid-19 mewabah di Ibu kota ia dapat mengantar puluhan jenazah untuk dimakamkan.

"Kami memang sejak ada wabah ini jadi lebih banyak kerjaan, karena kami harus mengurus jenazah penyakit menular seluruh DKI Jakarta," ujarnya.

"Dan kami harus terima telepon, frekuensinya tambah banyak. Satu hari makamkan puluhan (jenazah Covid-19)," imbuhnya.

Ia pun tak mengelak memiliki rasa khawatir setiap mengantarkan jenazah-jenazah tersebut.

Namun, Syam mengaku lebih sedih melihat bertambahnya pasien Covid-19 yang meninggal setiap harinya.

"Pertama itu memang tugas dan kami harus menjalankan itu, kalau rasa khawatir memang ada, manusiawi itu," tegas Syam.

"Tetapi dari hari ke hari karena bertambahnya yang meninggal, itu yang membuat kami sedih," imbuhnya.

Mendengar pernyataan Syam, Najwa Shihab atau yang akrab di sapa Nana ini mengajukan pertanyaan terkait masih banyaknya publik yang belum sadar akan bahaya Covid-19.

"Rasa khawatir itu juga bertambah karena publik secara umum belum menyadari bahayanya pandemi ini ya Pak Syam?" tanya Najwa.

Mendengar pertanyaan tersebut, Syam kemudian mengungkapkan kegeramannya melihat jalanan di DkI Jakarta masih ramai.

"Iya seharusnya mereka tahu Mbak Nana jalanan Jakarta itu masih penuh, masih macet, seharusnya mereka tahu apa yang kami kerjakan sekarang, kami memakamkan jenazah-jenazah yang tiap hari bertambah," tegas Syam.

"Tolong ikuti instruksi dari pemerintah diam di rumah, kurangilah pekerjaan kami, sedih lihatnya tiap hari," sambungnya.

Lebih lanjut dengan nada gusar, Syam mengaku ingin sekali teriak di jalan untuk menyadarkan masyarakat akan bahayanya virus ini.

"Saya ingin pakai tronton teriak di jalanan kepada masyarakat 'ayo tolong kalian diam di rumah, tolong ikuti instruksi pemerintah'," kata Syam.

"Kalau kalian tahu berapa jenazah yang kami makamkan tiap hari pasti kalian akan sedih karena jenazah itu enggak ada yang diantar, enggak ada yang didoain langsung masuk ke liang lahat," tegasnya.

Air mata Syam pun tumpah saat mengingat sebentar lagi akan memasuki bulan suci Ramadhan.

Ia ingin agar pandemi ini segera dapat selesai, sehingga Syam dapat menjalani kehidupan dengan keluarganya seperti sedia kala.

"Kita juga tidak tahu Mbak kondisi seperti ini akan berjalan sampai kapan," ujarnya.

"Sebentar lagi bulan puasa pingin tarawih berjamaah, pingin Idul Fitri, tolong buat masyarakat diam di rumah sebentar saja, 14 hari," imbuh Syam.

"Sebentar lagi kita puasa, minta tolong, kami memakamkan jenazah-jenazah ini udah puluhan tiap hari, minta tolong," sambungnya sambil menangis.

"Kita juga punya keluarga, kita punya tetangga, kita juga punya kehidupan," tegasnya.

Syam mengaku ingin sekali menyerukan agar publik tetap tinggal di rumah.

Mengingat betapa sedihnya ia dan dinas saat setiap menit menerima telepon dari rumah sakit.

"Sedih Mbak sebentar lagi bulan puasa, saya pingin teriak di jalanan di lampu merah, macet, dini hari masih macet, masyarakat enggak ada yang ngerti," ungkapnya. 

"Sedih Mbak tiap hari nerima telepon, tiap menit ada jenazah yang harus dilayani yang harus dilakukan dengan protap Covid-19," lanjutnya. 

Mendengar cuhatan pilu Syam, Najwa Shihab terlihat menunduk dan menahan untuk tidak menangis.

Najwa pun sangat memahami perasaan yang dialami oleh Syam saat ini.

"Iya Pak Syam. Saya membayangkan mungkin keluarga Pak Syam di rumah juga sesungguhnya khawatir Pak Syam harus berjibaku melakukan pekerjaan, tapi di sisi lain banyak masyarakat yang bahkan tidak peduli dan cuek," tegas Najwa.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini