News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Demokrat: Tatanan Kehidupan Baru Itu Bukan Berdampingan dengan Bahaya

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Didik Mukrianto

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fraksi Partai Demokrat menyoroti perkataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyinggung new normal atau tananan kehidupan baru di tengah pandemi virus Covid-19 atau corona.

Anggota Fraksi Demokrat Didik Mukrianto mengatakan, seorang presiden harus berhati-hati dalam memberikan pernyataan kepada publik, harus terang, jernih, dan tidak boleh bertentangan satu sama lain yang bisa membingungkan rakyatnya.

Baca: Cara Membuat Kue Kastengel untuk Sajian Lebaran Anti Gagal, Ini Resep dan Rahasianya

Baca: Biar Tak Sendirian, Restoran di Bangkok Ini Siapkan Boneka Panda Buat Temani Tamu

Menurutnya, setelah ada upya pengendalian dilakukan secara maksimal dan grafik penularan Covid-19 menurun atau hilang, maka bijak kalau kemudian Presiden bicara untuk memulai tatanan baru.

"Tatanan baru itu bukan berdampingan dengan bahaya, bukan menjadikan nyawa dengan virus Covid-19 yang sangat berbahaya," tutur Didik kepada wartawan, Jakarta, Minggu (17/5/2020).

Didik mengatakan, tatanan baru itu yang tepat adalah penyesuaian kehidupan sebagai dampak Corona yang telah mempengaruhi sendi-sendi ekonomi dan kehidupan.

Termasuk, kehidupan sosial, politik, budaya, pertahanan dan keamanan. Hal itu dapat dilakukan setelah Covid-19 dinilai bisa dikendalikan.

"Saya berharap pernyataan Presiden tersebut, bukan sebagai bentuk pengingkaran tanggung jawab pemerintah terhadap rakyatnya. Bukan juga bentuk ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola ekonomi," papar Didik.

Lebih lanjut Didik menuturkan, idealnya pernyataan Presiden dilandasi suatu kajian dan analisis yang terukur, mendalam dan bisa dipertanggungjawabkan dan mengandung nilai edukasi yang berbasis saintifik.

"Ingat, perkataan Presiden itu bisa dianggap titah atau bahkan untuk keadaan tertentu bisa diartikulasikan sebagai sabdo pandito ratu yang akan diikuti oleh rakyat, tidak boleh mencla-mencle atau tidak bisa dipegang dan dipertanggungjawbkan," tuturnya.

"Di saat pandemi Corona, dimana hingga saat ini vaksinnya belum bisa ditemukan, namun metodologi penanganannya berangsur-angsur untuk negara tertentu sudah bisa dikendalikan, sebaiknya Presiden belajar kunci sukses negara-negara lain," sambung Didik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini