News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Hasil Penelitian untuk Pengobatan Covid-19 Berbasis Isolat Virus Indonesia

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Purwati, peneliti dari Universitas Airlangga

Ia menambahkan bahwa dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran sitokin sitokin inflamasi dan anti-inflamasi. Dari hasil penelitian ini didapatkan peningkatan sitokin-sitokin anti-inflamasi (anti keradangan) dan penurunan sitokin-sitokin inflamasi (keradangan), di mana pada infeksi virus ini biasanya didapatkan kadar sitokin inflamasi yang tinggi sehingga mengakibatkan keadaan yang kurang bagus bagi organ-organ tubuh.

Dari 14 regimen obat yang diteliti, ada 5 kombinasi regimen obat yang mempunyai potensi dan efektivitas yang cukup bagus untuk menghambat virus itu masuk ke dalam sel target dan juga membantu penurunan perkembangbiakannya di dalam sel. 

“Hasil tersebut dapat diikuti bertahap dari 24 jam, 48 jam dan 72 jam, dan virus tersebut yang jumlahnya ratusan ribu berkurang hingga tak terdeteksi,” ucapnya. 

Saat konferensi pers, Purwati menunjukkan kemasan kombinasi obat yang belum diperjualbelikan. Itu merupakan hasil kolaborasi Unair, BIN dan juga BNPB.  

“Jadi ada 5 macam kombinasi yaitu lopinavir atau ritonavir dan  azithromycin. Kedua, lopinavir atau ritonavir dan doxycycline. Ketiga lopinavir atau ritonavir dan clarithromycin. Keempat, hydroxychloroquine dan azithromycin dan kelima kombinasi hydroxy dan doxycycline,” ucap Purwati.

Ia mengatakan bahwa regimen dipilih sebagai kombinasi karena potensi dan efektivitas yang cukup bagus terhadap daya bunuh virus. Dosis kombinasi yang lebih kecil 1/5 sampai 1/3 dari dosis tunggal sehingga sangat mengurangi toksitas obat tersebut di dalam sel tubuh yang sehat.

Ia mengatakan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah virus menurun sampai tidak terdeteksi setelah diberi regimen obat tersebut.

“Maka bisa memutus mata rantai penularan,” harapnya.

"Pemanfaatan regimen menggunakan obat yang beredar di pasaran. Ini disebabkan obat tersebut sudah melalui berbagai macam pengujian sampai dengan mendapatkan surat ijin edar dari Badan POM, mulai dari invitro, enema sampai dengan _post marketing drug_,”ujarnya.

Ia berpendapat bahwa pada era pandemi ini dibutuhkan obat yang cepat, tepat serta sudah teruji.

Sedangkan untuk jenis stem cell yang diteliti untuk potensi sebagai antiviral pada COVID-19 ini yaitu HSCs ( Haematopetics Stem Cells) dan NK (Natural Killer) Cells. Setelah diteliti potensinya dan efektivitasnya dengan uji tantang pada virus isolat Indonesia ini maka untuk HSCs yg diambil dari darah dibiakkan 3-4 Hari, didapatkan hasil setelah 24 jam virus menjadi tidak terdeteksi. 

Sedangkan untuk NK cells, bahannya diambil dari _Pheriperal blood mononucleated cells_ yang dikendalikan selama 7-14 hari di laboratorium sel punca. Setelah 72 jam, NK cells melakukan inaktivasi sebagian besar virus sehingga bisa direkomendasikan untuk preventif (pencegahan) dan juga pengobatan.

Pengaturan untuk upaya preventif dengan NK cells bisa bertahan kurang lebih 4 bulan dan itu sangat biologis karena bisa diambil dari dari darah pasien itu sendiri. 

“Kami berharap apa yang kami lakukan BIN, Gugus Tugas Nasional dan seluruh pihak dapat memberikan manfaat tidak hanya kepada masyarakat di Indonesia tetapi juga dunia,” ucap Purwati. 

Dengan penelitian yang telah dilakukan, stem cell dan regimen kombinasi obat, pihaknya telah menyampaikan diseminasi hasil riset tersebut menjadi  tujuh jurnal yang sekarang proses submite di jurnal internasional.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini