TRIBUNNEWS.COM - Sudjiwo Tedjo mengomentari luapan kejengkelan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada para menteri dan anggota kabinet dalam menangani pandemi Covid-19.
Ada beberapa hal yang menurut Sudjiwo Tedjo tidak etis dipublikasikan.
Disisi lain, ada hal yang memang menurut Sudjiwo Tedjo Jokowi benar-benar serius.
Hal tersebut diungkap Sudjiwo Tedjo pada YouTube Indonesia Lawyers Club yang diunggah pada 1 Juli 2020.
Sudjiwo Tedjo yang kerap melatih akting sejak lamapun sedikit membaca kemarahan presiden Jokowi.
"Saya gak bisa jawab, meskipun saya ngajar akting di banyak daerah, kalau saya jawab juga gak enak," ujar Sudjiwo Tedjo.
"Karena ada bagian tertentu yang tidak pas, ketika 'Kita gak satu perasaan' itu kurang pas sedikit," lanjut Sudjiwo Tedjo.
Sudjiwo Tedjo menegaskan jika ada satu bagian yang menurutnya Jokowi sangat serius.
Yakni saat Presiden RI tersebut menyinggung soal hidup warga Indonesia.
Baca: Remaja yang Pernah Hina Jokowi Kembali Viral, Kali Ini Cekcok dengan Sekuriti, Ini Duduk Perkaranya
Baca: Jokowi: Kapolres Gunung Kidul Tahu Jumlah Pasien Covid-19, Berarti Terjun ke Lapangan
Baca: Kapolda Metro Jaya Berikan Penghargaan 84 Personel Tim Pemulasaran Jenazah Covid-19
"Tapi ketika menyinggung 'jangan sampai ada rakyat mati' itu kayaknya serius," jelas Sudjiwo Tedjo.
Lebih lanjut Sudjiwo Tedjo menerangkan jika Jokowi bukanlah marah pada khalayak, melainkan marah pada anak buah.
Meski begitu, menurut Sudjiwo Tedjo, ada sedikit perbedaan nilai yang saat ini terjadi.
Pasalnya, Sudjiwo Tedjo mempertanyakan apakah etis jika memarahi anak buah lalu dipublikasikan ke masyarakat.
"Pertanyaannya adalah etis nggak marah ke anak buah? Berarti kesalahan anak buah itu adalah kesalahan dirinya saya setuju, saya setuju juga pengandaian presiden sebagai konduktor, masih bisa dipertanggungjawabkan," jelas Sudjiwo Tedjo lagi.
"Tapi tidak 'perasaan kita tidak sama' yang benar 'perasaan harus kita selaraskan' itu baru benar," ujarnya.
"Pertanyaannya Pak Karni, etiskah presiden marah di depan anak buah dan di-publish? Saya ragu pertanyaan ini ukurannya sudah berbeda. Pada zaman saya masih kecil, ini tidak etis. Memarahi anak buah di depan publik itu sangat tidak etis. Tapi kita fair nggak ke Pak Jokowi pakai tolak ukur ini sementara nilai-nilai sudah berubah," jelas Sudjiwo Tedjo.
Simak video selengkapnya !
Pertaruhkan Reputasi Politik hingga Ancaman Reshuffle
Presiden Jokowi meluapkan kejengkelannya kepada para menteri dan anggota kabinet dalam menangani pandemi Covid-19 di Indonesia.
Hal itu disampaikan Jokowi saat membuka Sidang Kabinet Paripurna, di Istana Negara, Kamis (18/6/2020).
Bahkan, Jokowi menyebut tak ada kemajuan yang signifikan dari kinerja para menteri terkait penanganan Covid-19.
"Saya harus ngomong apa adanya nggak ada progres yang signifikan, nggak ada," tegas Jokowi.
Dalam pidatonya itu, Jokowi seakan tak bisa menutupi rasa kecewanya kepada para menteri.
Nada bicara Jokowi pun beberapa kali sempat meninggi.
Baca: Jokowi Ancam Lakukan Reshuffle, Politikus PAN: Presiden Merasakan Ada yang Tidak Beres di Kabinet
Dia menilai, saat ini masih banyak para menteri yang bekerja biasa-biasa saja di masa krisis seperti sekarang ini.
"Jangan biasa-biasa saja, jangan menganggap ini normal, bahaya sekali," ujar Jokowi.
Menurut dia, di masa krisis seperti sekarang ini, dibutuhkan kerja keras yang ekstra luar biasa, termasuk dalam pengambilan keputusan atau kebijakan.
"Ini kerjanya memang harus extraordinary, perasaan ini tolong sama."
"Jadi tindakan-tindakan kita, keputusan-keputusan kita, kebijakan-kebijakan kita suasananya adalah harus suasana krisis."
"Jangan kebijakan yang biasa-biasa saja menganggap semua ini kenormalan, apa-apaan ini," tegasnya.
Jokowi meminta agar para menteri tidak memakai hal yang standar dalam suasana krisis ini.
Bahkan, Jokowi siap jika harus mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu), Peraturan Presiden (Perpres) apabila dibutuhkan untuk menangani krisis yang terjadi.
Baca: Jokowi Isyaratkan Reshuffle Kabinet, Ancam Copot Menteri yang Lelet Tangani Dampak Pandemi Corona
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu rela mempertaruhkan reputasi politiknya jika harus mengeluarkan Perppu lagi di masa pandemi ini.
"Kalau mau minta Perppu lagi, saya buatkan Perppu, kalau yang sudah ada belum cukup."
"Asal untuk rakyat, asal untuk negara saya pertaruhkan reputasi politik saya," kata dia.
Jokowi menekankan, dalam mengatasi krisis ini, semua pimpinan lembaga negara bertanggung jawab terhadap nasib 267 juta penduduk Indonesia.
"Saya lihat masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja, saya jengkelnya di situ, ini apa nggak punya perasaan suasananya krisis?" ucap Jokowi.
Baca: Jokowi Jengkel Belanja Sektor Kesehatan Baru 1,53 Persen dari Rp 75 Triliun
Jokowi lantas menyampaikan ancaman reshuffle bagi menterinya yang masih bekerja biasa-biasa saja di situasi krisis.
"Langkah apapun yang extraordinary ini akan saya lakukan, untuk 267 juta rakyat kita untuk negara."
"Bisa saja membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle, udah kepikiran kemana-mana saya, entah buat perpu yang lebih penting lagi kalau memang diperlukan," ungkapnya.
Jokowi menegaskan, dalam situasi krisis seperti ini, kerja keras, kecepatan dan tindakan di luar standar sangat diperlukan.
Simak video lengkapnya:
(Tribunnews.com/Siti Nurjannah Wulandari/ Nanda Lusiana)