TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI), Muhammad Ramli Rahim menyebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim harus menjelaskan maksud pembelajaran daring akan permanen setelah pandemi Covid-19.
Menurut Ramli, pembelajaran tidak bisa 100 persen dilaksanakan tanpa tatap muka.
"Mas Menteri harus menafsirkan terkait arti pembelajaran daring yang akan dipermanenkan," ujar Ramli saat dihubungi Tribunnews, Sabtu (4/7/2020).
"Kalau permanen tanpa tatap muka lagi ya bisa kewalahan kita," imbuh Ramli.
Baca: Mendikbud Nadiem Makarim Berencana Permanenkan Pembelajaran Jarak Jauh setelah Covid-19
Ramli menyebut pendidikan tidak sepenuhnya berada pada penyampaian materi.
"Pendidikan tidak 100 persen ada di sana, aspek pedagogi atau proses pembelajaran, kemampuan keilmuan mungkin terpenuhi," ujarnya.
Akan tetapi dari sisi pendidikan dan pembangunan karakter, pembelajaran daring dinilai sangat kurang.
"Bahkan bisa disebut tidak ada," kata Ramli.
Menurut Ramli, kelas daring atau virtual school bisa dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ruang kelas.
Ramli menyebut pihaknya sudah tegas menolak apabila ada wacana 100 persen pembelajaran daring.
"Kalau yang dimaksud (Mendikbud) pembelajaran daring ini dilakukan 100 persen ya tidak bisa, guru-guru menolak, tetap dibutuhkan pertemuan," ungkap Ramli.
Ramli menyebut, pembelajaran daring tetap dapat dilakukan.
"Tetapi harus tetap ada pertemuan tatap muka," ungkapnya.
Ramli juga mengkritisi apabila pendidikan formal berbentuk layaknya start up.