“Pokoknya dari ujung barat sampai timur, lengkap ada semua partner kolaborasi saya,” tambah dr. Tirta.
Menurut dia, kolaborasi adalah salah satu teknik marketing paling efektif dalam brand. Karena prinsipnya, lebih baik berteman dari bermusuhan.
“Perlu diperhatikan juga kalau kolaborasi tidak boleh dilakukan sering-sering karena punya pengaruh kurang baik terhadap image usaha. Tidak mencari profit, tapi hanya sekedar gimmick marketing untuk meningkatkan brand awareness,” paparnya.
Di sisi lain, dr. Tirta juga membeberkan tipsnya untuk berkolaborasi bisnis selama pandemi COVID-19.
“Kolaborasi bisa dilakukan kalau jika brand sudah established dan settle, idealnya di atas satu tahun karena bisnis dengan usia tersebut bisnis sudah dianggap matang dari segi perencanaan keuangan dan marketing,” ujar Tirta.
Untuk memperjelas poinnya, dr. Tirta memberikan contoh brand Ultimate U baru menerima kolaborasi dengan lima brand dari 40 brand karena sebagai brand kecil, ingin fokus memperkuat fondasi.
“Intinya, jangan buru-buru gede, take it slow, mantap dulu di kolam kecil, baru boleh perlahan ke kolam yang lebih besar agar bisnis nya lebih sustain pada jangka panjang,” jelas Tirta.
Selanjutnya, Wahyu Alikarman selaku Head Of Operation Kaizen Room juga menceritakan awal mula berdirinya usaha “Kaizen Room” serta pengalamannya berkolaborasi dalam bisnis dan strategi untuk bertahan di pandemi COVID-19.
‘Kaizen Room’ lahir dari kegelisahan teman-teman Wahyu di bangku kuliah yang bingung mau jadi apa setelah kuliah. Salah satu programnya yaitu memberikan kelas gratis untuk ratusan mahasiswa untuk Indonesia demi masa depan yang lebih baik.
Sejauh ini, kolaborasi yang dilakukan saat membangun Kaizen Room adalah kolaborasinya bersama co-working space dan Rumah Siap Kerja dalam melaksanakan pelatihan dengan beberapa fasilitator dari Kaizen Room.
Menurut Wahyu, strategi kolaborasi antar bisnis akan sangat berguna untuk menerjang kondisi krisis akibat pandemi.
“Dengan adanya new normal, kita makin banyak batasan-batasan. Tapi itu tidak menghalangi kita untuk berkolaborasi. Seiring dengan berkembangnya zaman, akan ada cara-cara baru untuk saling membahu,” ungkap Wahyu
“Akan sulit jika kita lakukan semuanya sendiri, mulai dari marketing, keuangan, dan lain-lain. Jangan jadi Chief Everything Officer, kita harus cari partner, bermitra untuk berkerja sama. Daripada kita lari sendiri mending kita lari bareng-bareng,” pungkas Wahyu.
Acara ini juga turut dihadiri oleh lebih dari 50 perserta yang berasal dari kalangan umum serta mahasiswa dari Universitas Andalas, Universitas Sumatera Utara, Universitas Taman Siswa Padang, ESQ Business School, UIN Jambi, Universitas Negeri Padang, Universitas Brawijaya, serta anggota komunitas Suduik Minang dan Muda Literat.