Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) ternyata concern terhadap masa depan bangsa.
Mendadak Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj memanggil tokoh intelijen senior Suhendra Hadikuntono.
Pertemuan antara Suhendra Hadikuntono dan KH Said Aqil Siradj itu terjadi di Kantor PBNU, Kramat, Jakarta Pusat, Rabu (22/7/2020), dan terkesan sangat tertutup.
Baca: LP Maarif PBNU Ikut Mundur dari Program Organisasi Penggerak Kemendikbud
Informasinya pertemuan itu menyangkut suksesi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
Memang, ini bukan yang pertama kali jago NU memimpin lembaga telik sandi.
Sebab, sebelumnya, Wakil Ketua Umum PBNU As'ad Ali pernah menduduki jabatan sebagai Wakil Kepala BIN.
Bahkan sejak awal berdirinya, lembaga telik sandi ini dipimpin oleh sipil, yakni Dr Subandrio.
Baca: Sekjen PBNU: RUU HIP Sebabkan Perdebatan yang Tidak Produktif
Menurut tokoh pemuda Islam Dr Dian Assafri, Soekarno sudah jauh berpikir ke depan dalam membangun intelijen Indonesia, dan faktanya diikuti oleh negara-negara maju, seperti Mossad di Israel, M16 di Inggris, KGB di Rusia, dan CIA di Amerika Serikat.
Bahkan Presiden AS saat itu, George Bush adalah mantan Direktur CIA.
Pada masa Presiden KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, beliau menjalankan pemikiran Bung Karno dengan mengangkat As'ad Ali sebagai Wakil Kepala BIN.
"Jadi, kalau PBNU mendukung tokoh sipil di BIN, ini sudah ada preseden atau yurisprudensinya, dan dasarnya adalah kebutuhan bangsa," ujar Dian Assafri di Jakarta, Rabu (22/7/2020).
"Banyak perjalanan hidup dan prestasi beliau yang tidak dibuka, kini saatnya seluruh masyarakat Indonesia mengetahui siapa sebenarnya Suhendra, dan apa yang beliau lakukan bagi republik ini. Semua dilakukan dengan senyap atau solo silent, mulai menyelamatkan Indonesia dari Mahkamah International, suksesi Jokowi, hingga juru damai Thailand selatan, serta sederet prestasi lainnya," lanjut Dian.
Dalam pertemuan itu, Suhendra mengaku lebih banyak mendengar dan menerima nasihat dari Said Aqil yang ia sebut sebagai salah satu tokoh yang sangat ia hormati.
"Prinsipnya, sami'na wa ato'na (mendengar dan manaati) petuah beliau. Mudah-mudahan pertemuan itu menjadi doa bagi 120 juta nahdliyin. Amin," kata Suhendra.