Selain itu, Abu Ashar, Director of Environment & Energy, PT Vale Indonesia, mengatakan perusahaan tambang tempatnya bernaung juga membangun peta jalan menuju penciptaan energi bersih sebelum 2030.
Sebagai bagian dari komitmen Perusahaan Vale Global menuju carbon neutral tahun 2050, PT Vale Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi rumah kaca sampai 33%.
Bersama dengan Abu Ashar, hadir pula sebagai pembicara, Ir. Medrilzam, M.Prof.Econ, Ph.D, Direktur Lingkungan Hidup, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ BAPPENAS; serta Marcel Silvius, Indonesia Country Representative, dari Global Green Growth Institute (GGGI Indonesia).
Dalam kesempatan ini, Marcel Silvius menekankan pentingnya perencanaan pertumbuhan hijau pasca pandemi.
“Saat ini, lebih dari sebelumnya, sangat penting bagi Indonesia untuk mempertimbangkan manfaat dari pembangunan ekonomi hijau dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, inklusif, dan tangguh,” kata dia.
Marcel Silvius mencontohkan investasi pada energi terbarukan yang akan menyediakan setidaknya dua kali lebih banyak lowongan kerja, dan dengan kualitas lebih tinggi, daripada investasi pada bahan bakar fosil.
Begitu juga investasi terhadap solusi-solusi pro-alam, seperti agroforestri berkelanjutan yang berbasis masyarakat, yang dapat merevitalisasi kawasan pedesaan yang terdegradasi, seperti lahan gambut di Indonesia, dan membantu mencapai komitmen Indonesia untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
“Melalui kerja sama erat kami dengan Bappenas dan KLHK serta mitra pemerintah lainnya di tingkat nasional dan provinsi, GGGI terus mendukung Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan jalur pemulihan pertumbuhan hijau dan pembangunan rendah karbon,” ujarnya.
Marcel Silvius, menjelaskan komitmen GGGI dalam mendukung Pemerintah Indonesia.
Selain keempat pembicara, Prof. Dr. Emil Salim, mantan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup pun turut hadir dalam webinar ini.
Bertindak sebagai penanggap, Emil Salim mengamini urgensi untuk pembangunan rendah karbon di Indonesia. Hal itu juga yang disampaikan oleh penanggap lainnya, Gita Syahrani, Direktur Eksekutif Lingkar Termu Kabupaten Lestari.
Webinar yang didukung oleh APRIL, PT Vale Indonesia, GGGI dan L’Oreal Indonesia ini merupakan seri terakhir dari rangkaian webinar yang diselenggarakan oleh IBCSD sejak bulan Juni lalu.
Secara total, ada empat webinar yang telah diselenggarakan dan mencakup tiga pilar SDG, baik di pilar ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Seluruh tayangan ulang webinar dapat disaksikan kembali melalui akun Youtube IBCSD.
Webinar ini hadir sebagai respons untuk turut menyoroti aspek pemulihan lingkungan selain hanya fokus pada sektor ekonomi dan sosial. Risiko bencana atas dampak perubahan iklim diprediksi sangat besar terutama bila penduduk dunia gagal melakukan transformasi sistematis untuk membalikkan kerusakan-kerusakan alam yang diakibatkan oleh aktivitas manusia.
The Global Risks Report 2020 untuk pertama kali dalam sejarah melaporkan 5 risiko teratas yang mengancam umat manusia pada 10 tahun ke depan yang semuanya terkait dengan iklim dan lingkungan. Dari urutan teratas, yaitu cuaca ekstrim, kegagalan aksi iklim, bencana alam, kerusakan keanekaragaman hayati serta bencana alam yang disebabkan oleh kegiatan manusia.
Acara ini diselenggarakan menggandeng KLHK serta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Mengambil aksi untuk perubahan iklim juga merupakan bagian dari implementasi Tujuan No 13 dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang diinisiasi PBB sejak 2015 lalu.