Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Pertahanan RI Sakti Wahyu Trenggono mengklarifikasi terkait polemik diskusi Kementerian Pertahanan (Kemhan) dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) terkait pendidikan militer untuk mahasiswa.
Ia menegaskan yang tengah dibahas oleh kedua kementerian tersebut saat ini bukanlah pendidikan militer melainkan pendidikan Bela Negara.
"Saya mau koreksi sedikit ya. Itu bukan pendidikan militer. Itu bela negara. Kalau militer itu kan kesannya militerisasi. Tapi kalau bela negara kan berbeda itu," kata Trenggono dalam acara Talk Highlight Radio Elshinta bertajuk "Pendidikan Militer 2021 Milenial Harus Siap Jadi Komponen Cadangan" pada Rabu (19/8/2020).
Terkait dengan kerja sama Kemhan dengan Kemdikbud Trenggono mengatakan hal tersebut masih pada tingkat diskusi.
Baca: Pendidikan Bela Negara di Kampus Memang Diperlukan, Tapi Bukan Pendidikan Militer
Baca: Usulan Pendidikan Militer Mahasiswa Jadi Polemik: Ada yang Takut Terjadi Militerisme di Kampus
Awalnya, kata Trenggono, Kemhan tengah mencari bentuk pendidikan Bela Negara yang cocok untuk generasi milenial.
Kemudian Kemhan berdiskusi dengan Kemdikbud dan mengetahui Kemdikbud memiliki program Merdeka Belajar.
Dalam diskusi tersebut kemudian Kemhan mengusulkan bagaimana jika kegiatan Bela Negara dimasukan dalam program Merdeka Belajar karena kegiatan tersebut positif.
Trenggono menjelaskan bentuk pendidikan yang dimaksud dengan Bela Negara adalah pendidikan terkait disiplin, ketangkasan, dan sebagainya.
Ia pun menegaskan pendidikan tersebut tidak bersifat wajib dan mengikat melainkan sukarela.
"Nah salah satu yang ketemu adalah, oke di perguruan tinggi ada merdeka belajar misal satu semester mereka ikut pendidikan Bela Negara. Ikut pendidikan displin dan lain-lain. Bukan militer tapi latihan bela negara. Tapi Seolah mirip militer tapi bukan. Itu latihan disiplin ketangkasan dan lain-lain," kata Trenggono
Trenggono mengungkapkan satu di antara yang mendasari usul tersebut adalah semakin besarnya pengaruh dari luar negeri terhadap milenial khususnya melalui perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat.
Ia mencontohkan bagaimana saat ini budaya pop antara lain musik dan sebagainya dari Korea Selatan (K-Pop) bisa mempengaruhi sebagian besar dunia.
"Nah tinggal kita, apa akan bisa menjadi negara yang mampu mempengaruhi pihak lain atau kita yang terpengaruh," kata Trenggono.
Terkait Bela Negara, kata Trenggono, sebetulnya tidak hanya untuk mahasiswa namun juga untuk semua milenial bangsa.
Bahkan menurutnya setiap penduduk Indonesia yang dewasa juga harus punya jiwa bela negara.
"Mereka tinggal di sini, besar di sini, dan mereka juga harus berbuat sesuatu, bahwa ada kedaulatan bangsa ini harus dijaga semua pihak. Termasuk milenial itu," kata Trenggono.
--