Menurutnya masih banyak potensi orang utan yang belum dieksplorasi manusia.
Selama ini, studi-studi tentang hewan bermarga Pongo ini lebih banyak mengupas populasi dan habitatnya.
Padahal, menurut Arif, tanaman yang dikonsumsi orang utan berpotensi sebagai tanaman obat maupun tanaman pangan manusia.
Mengingat tingkat kemiripan DNA antara orang utan dan manusia adalah 97 persen, studi perilaku orang utan masih terbuka dari sisi antropologi, biologi, kehutanan, hingga bioteknologi.
“Pesan alam lewat orang utan inilah yang belum diterjemahkan secara utuh. Di sisi lain, populasinya harus terus dijaga agar lestari hingga generasi nanti,” katanya.
Menurutnya upaya konservasi orangutan di luar habitat alami menjadi salah satu pilihan untuk menyelamatkan satwa ini dari kepunahan.
“Adanya upaya kolaboratif yang melibatkan seluruh pihak menjadi kunci untuk melindunginya,” kata Arif.