News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bom di Filipina

Menlu Retno Marsudi Tegaskan Pelaku Bom Bunuh Diri di Filipina Bukan WNI

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menlu Retno Marsudi.

Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI), Retno Marsudi menegaskan pelaku bom bunuh diri di Jolo, Filipina bukan warga negara Indonesia (WNI).

Hal tersebut berdasarkan informasi terakhir yang diperoleh Kemlu RI dari Kepala Komando Mindanao Barat atau Western Mindanao Command (Westmincom) Filipina.

“Pelaku bom bunuh diri adalah 2 orang wanita,” kata Menlu dalam konferensi pers dengan media, Kamis (27/8/2020)

Informasi dari Westmincom, pelaku pertama diidentifikasi sebagai istri pelaku pembom bunuh diri di Jolo pada bulan Juni 2019 lalu.

Baca: Mengenal Sosok Nanah, Perempuan Asal Indonesia Terduga Pelaku Bom Bunuh Diri di Filipina

Sedangkan pelaku kedua diidentifikasi sebagai istri dari seorang anggota Abu Sayyaf dan keduanya merupakan warga Filipina.

“Kedua pelaku menurut informasi tersebut diidentifikasi sebagai warga lokal,” kata Retno.

Menteri Retno menyampaikan ucapan duka cita dan belasungkawa kepada keluarga dari korban ledakan serta Pemerintah dan rakyat Filipina.

Baca: Bom Bunuh Diri di Filipina Tewaskan 15 Orang, Pengamanan Presiden Duterte Diperketat

Diketahui peristiwa peledakan di Jolo, Filipina Pada hari Senin, 24 Agustus 2020 tersebut menyebabkan 14 korban jiwa dan puluhan orang luka-luka.

Pemerintah Indonesia, melalui KBRI Manila dan KJRI Davao dikatakan Retno terus berkoordinasi dengan otoritas Filipina dan memantau perkembangan peristiwa ini dengan seksama.

Bomb di Pulau Jolo, Filipina, pelaku diiduga wanita asal Indonesia (AFP/Nickee Butlangan)

“Sesuai informasi yang kami terima sampai saat ini tidak ada WNI yang menjadi korban jiwa dalam kedua peristiwa ledakan tersebut,” kata Menlu

Menlu berujar otoritas setempat masih terus melakukan investigasi dan identifikasi lebih lanjut.

“Kami akan terus lakukan koordinasi dengan mereka,” katanya.

Pengamanan Presiden Duterte Diperketat

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte aman dan dalam kondisi baik di Davao City setelah dua ledakan di Sulu yang menewaskan setidaknya 15 orang.

Hal itu disampaikan Komandqn Presidential Security Group (PSG) atau paspampres Filipina, Kolonel Jesus Durante III, Rabu (26/8/2020), seperti dilansir ABS-CBN News dan Philippine News Agency.

Dua ledakan di plaza kota Sulu telah merenggut 15 nyawa dan 75 orang terluka.

Baca: Peneliti Filipina Mengungkap Sosok Perempuan Indonesia Pelaku Bom Bunuh Diri di Jolo

Jesus Durante III mengatakan, PSG menerapkan pengamanan tinggi untuk Duterte dan keluarganya, meskipun tidak ada ancaman.

"Presiden sebenarnya aman dan dia dalam kondisi baik dan dalam kesehatan yang baik di sini, di Davao," katanya.

"Untuk saat ini, tidak ada dikonfirmasi atau divalidasi ancaman keamanan tampaknya pada saat ini yang diarahkan terhadap Presiden. Tapi tetap saja, kita tidak menurunkan pengamanan, kita selalu waspada, seperti yang telah saya katakan sebelumnya."

PSG berkoordinasi dengan pasukan keamanan lainnya dan mendesak masyarakat untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk memastikan keamanan Presiden.

"Kami sekarang memberlakukan perlindungan penuh kepada Presiden kami dan keluarganya, terutama sekarang, kita menghadapi musuh yang tak terlihat, yaitu Covid-19, dan ada terorisme dan ancaman keamanan lainnya," katanya.

Kepala Staf Angkatan Darat Militer Filipina Letnan Jenderal Cirilito Sobejana mengatakan pelaku bom bunuh diri di Jolo adalah dua wanita dari kelompok militan Islamic State (ISIS).

Seorang perempuan, Warga Negara Indonesia (WNI) termasuk satu diantaranya yang diduga menjadi pelaku serangan bom bunuh di Kota Jolo, daerah Filipina selatan pada Senin (24/8/2020).

Bom bunuh diri yang dilakukan dua orang militan ISIS itu telah menewaskan setidaknya 15 orang dan melukai 75 orang, menurut Reuters, Selasa (25/8/2020).

Media lokal ABS-CBN News mengutip Cirilio Sobejana, wanita asal Indonesia itu adalah janda dari teroris Norman Lasuca, seorang warga negara Filipina yang meledakkan dirinya di kota Indanan pada juni 2019, dan menewaskan 6 orang.

"Satu lainnya adalah istri warga Filipina Abu Dalha, seorang subleader dari unit Abu Sayyaf," katanya.

Lalu siapa sebenarnya perempuan yang menjadi pengantin dalam aksi bom bunuh diri di Jolo?

Direktur Institut Penelitian Perdamaian, Kekerasan dan Terorisme Filipina, Rommel Banlaoi menduga perempuan itu adalah putri dari pasangan suami isteri, pelaku bom bunuh diri asal Indonesia yang menyerang gereja Katedral Jolo, pada Januari 2019.

"Salah satu perempuan, pembom bunuh diri yang kami curigai dapat melakukan serangan semacam itu adalah putri dari orang Indonesia yang bertanggung jawab atas pemboman bunuh diri katedral Jolo," kata Rommel Banlaoi, seperti dilansir ABS-CBN News, Rabu (26/8/2020).

"Pihak berwenang telah memburu perempuan pembom bunuh diri itu di daerah itu, sebelum ledakan kembar yang menewaskan 14 orang di plaza kota Jolo pada hari Senin," jelas Rommel.

Serangan bom bunuh diri Januari 2019 di Gereja Katedral Jolo menewaskan setidaknya 20 orang. Kelompok Abu Sayyaf dituding sebagai dalang di balik serangan tersebut.

Penyelidik masih menyelidiki identitas perempuan yang meledakkan dirinya pada Senin, melalui pencocokan DNA.

Para pejabat militer awalnya mengatakan ledakan bom yang pertama terjadi dari bom yang terpasang pada sebuah sepeda motor. Sementara ledakan kedua dilakukan oleh seorang perempuan yang melakukan aksi bom bunuh diri.

Kepala Staf Angkatan Darat Militer Filipina Letnan Jenderal Cirilito Sobejana, mengatakan hasil penyelidikan awal, berdasarkan keterangan saksi dan rekaman kamera keamanan, menunjukkan ledakan pertama juga dilakukan oleh pelaku bom bunuh diri.

"Sudah divalidasi," kata Sobejana kepada wartawan.

"Militer sedang mencoba untuk memastikan apakah dua pembom bunuh diri itu adalah janda-janda dari militan Abu Sayyaf, Talha Jumsah dan Norman Lasuca," kata Sobejana.

Jumsah, yang dikenal dengan sebutan Abu Talha, adalah seorang komandan kunci yang menjembatani Abu Sayyaf dengan kelompok ISIS dan merencanakan serangan bunuh diri sebelum ia tewas di tangan militer Filipina pada tahun lalu.

Lasuca meninggal dalam serangan bunuh diri di kamp tentara Sulu tahun lalu.

Pengeboman hari Senin adalah serangan bunuh diri terbaru di provinsi Jolo.

Sebelum ini terjadi serangan bom bunuh diri di katedral Katolik pada Januari 2019 lalu, yang diyakini telah dilakukan oleh sepasang warga negara Indonesia.

Sebagian besar korban Senin, termasuk anak-anak, terjebak dalam ledakan pertama, dekat dua truk tentara yang diparkir di depan toko kelontong dan toko komputer di pusat kota di mana katedral berada.

Ledakan kedua meledak di dekat sekelompok tentara dan polisi.

Hingga kini tidak ada klaim tanggung jawab langsung atas serangan tersebut, tetapi militer menyalahkan seorang komandan militan Abu Sayyaf, Mundi Sawadjaan, yang telah dikaitkan dengan pemboman bunuh diri dalam beberapa tahun terakhir di Sulu.

Para pejabat militer mengatakan minggu lalu bahwa Sawadjaan telah merencanakan pemboman di Sulu menggunakan dua penyerang bunuh diri wanita.

Pasukan angkatan darat melakukan operasi rahasia untuk menemukan dan menangkap Sawadjaan dan pembom bunuh diri pada bulan Juni. (Philippine News Agency/ABS-CBN News/Inquirer/AP/New York Times)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini