News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Eks Komandan Tim Operasi Pembebasan Sandera Woyla, Berusaha Tenang Saat Tahu Anak Buah Gugur

Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan Komandan Tim operasi pembebasan sandera pesawat Garuda Indonesia DC-9 atau Woyla Letkol (Purn) Untung Soeroso

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Komandan Tim operasi pembebasan sandera pesawat Garuda Indonesia DC-9 atau Woyla Letkol (Purn) Untung Soeroso (83) mengungkap perasaannya saat seorang anak buahnya gugur dalam perstiwa yang terjadi di Bandara Don Muang, Thailand, pada 31 Maret 1981 tersebut.

Saat itu, anak buahnya Lettu Anumerta Achmad Kirang gugur bersama pilot pesawat Kapten Herman Rante.

Soeroso mengaku hatinya hancur ketika tahu satu dari enam anak buahnya tewas tertembak dalam operasi tersebut.

Baca: Kisah Eks Komandan yang Sempat Berdebat dengan Benny Moerdani Sesaat Sebelum Bebaskan Sandera Woyla

Meski begitu sebagai Komandan Tim saat itu, ia tidak boleh menunjukannya.

Hal itu diungkapkannya dalam tayangan Podcast Puspen TNI Episode 9 yang diunggah lewat kanal Youtube resmi Puspen TNI, Sabtu (5/9/2020).

"Di dalam perasaan itu, saya sebagai komandan tidak boleh jatuh hati (patah hati). Itu anak buah tertembak mati, sekarat mau mati, kita itu tidak boleh ribut. Kita nengok, kenapa kamu. Temannya bilang, tertembak, tungguin. Walaupun hati kita hancur, tapi tidak boleh membuat sikap," kata Soeroso.

Meski hatinya hancur, tetapi dirinya saat itu tetap berusaha tegar dan meminta dokter untuk segera menanganinya.

Baca: Pangdam II/Sriwijaya Mayjen TNI Agus Suhardi Minta Prajuritnya Mengalah dan Merendah (1)

"Bahwa saya dengar Achmad Kirang ketembak dan gugur. Saya hanya memerintahkan, siapa yang ada di situ? Dokter. Dokter suruh bawa mundur. Tidak tahu bagaimana Achmad Kirang terus dibawa rumah sakit oleh dokter," kata Soeroso.

Tak hanya itu, Soeroso juga mengungkapkan perasaannya ketika tahu Herman tewas dalam kejadian tersebut.

Namun demikian ada versi sejarah yang menyatakan Herman tewas enam hari kemudian setelah mendapat perawatan di rumah sakit.

Baca: Oknum TNI Bercelana Pendek Ditahan 20 Hari karena Todongkan Pistol ke Petugas Covid-19

Soeroso mengaku khawatir ketika melihat jenazah Herman ditandu keluar dari pesawat lantaran tidak ingin ada dugaan Herman tewas karena tembakan dari anggota timnya.

Karenanya, tanpa berpikir panjang Soeroso langsung memeriksa jenazah Herman dan mengetahui Herman ditembak dari arah depan tembus ke belakang.

Soeroso mengaku ketika itu sempat melihat sendiri dan meraba lubang peluru di kepala Herman.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini