Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian mengaku prihatin atas kasus pembunuhan orang tua terhadap anak karena mengalami kesulitan belajar jarak jauh secara online.
Hetifah melihat pandemi memang membuat tingkat stres orang-orang meningkat dan cenderung dilampiaskan kepada orang di sekitarnya, dalam hal ini anak-anak.
"Kejadian ini sangat menyedihkan. Memang ini masa yang sangat sulit bagi kita semua, dan tingkat stres sangat rentan untuk meningkat. Akibatnya, secara psikologis mungkin sekali terganggu atau dilampiaskan kepada orang-orang disekitar kita, dan anak adalah yang paling rentan," ujar Hetifah, ketika dihubungi Tribunnews.com, Rabu (16/9/2020).
Baca: Kronologi Orang Tua Bunuh Anak Karena Sulit Diajari Belajar Online, Ancaman Hukuman Seumur Hidup
Hetifah pun menekankan kembali kepada pihak sekolah agar peka akan keadaan siswa dan keluarganya selama pendidikan jarak jauh (PJJ).
Politikus Golkar ini juga meminta masyarakat dan pimpinan RT/RW juga sebaiknya saling menjaga dan memantau satu sama lain.
Salah satunya seperti apakah kira-kira ada tetangga di lingkungannya yang benar-benar kesulitan, atau melakukan hal-hal yang tidak biasa. Sehingga diharapkan kejadian seperti ini tidak akan terulang atau terjadi lagi di masa depan.
"Saya tekankan sekali lagi kepada pihak sekolah, dalam PJJ ini agar mengutamakan well being siswa daripada penuntasan kurikulum. Guru harus peka akan keadaan siswa dan keluarganya, harus terus dipantau dan ditindaklanjuti jika ada yang tak biasa," jelasnya.
Baca: Bunuh Anak Gara-gara Belajar Online, Terkuak Sederet Kekerasan Pelaku pada Buah Hati Sebelum Tewas
Hetifah juga mengimbau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk lebih serius lagi dalam menggarap program-program parentingnya.
"Jika bisa, adakan program konsultan keluarga dimana keluarga dapat dibimbing oleh guru PAUD/kader PKK dalam menjalani PJJ ini, dan curhat jika ada permasalahan keluarga dalam melewati pandemi ini," tandasnya.
Seperti diketahui, LH (26) seorang ibu yang tega membunuh anaknya mengaku kesal lantaran korban susah diajarkan saat belajar online.
Setelah membunuh, pelaku LH dan suaminya IS (27) mengubur korban dengan pakaian lengkap di Kecamatan Cijaku, Kabupaten Lebak, Banten.
Korban saat ini duduk di bangku sekolah dasar kelas 1. LH yang merasa kesal kemudian mulai melakukan serentetan penganiayaan, seperti mencubit, memukul dengan tangan kosong hingga menggunakan gagang sapu. Akibat penganiayaan tersebut, korban sempat tersungkur dan lemas.