News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

64 Persen Pemuda Indonesia Khawatir Dampak Krisis Iklim Lebih Parah dari Dampak Covid-19

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga yang tergabung dalam aksi jeda untuk iklim melakukan aksi saat Car Free Day di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Minggu (23/2/2020). Aksi tersebut sebagai bentuk imbauan terhadap terjadinya perubahan iklim yang saat ini sudah darurat dan global. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sebanyak 64 persen pemuda Indonesia khawatir jika dampak krisis iklim akan lebih parah dibandingkan dengan dampak krisis wabah virus corona (Covid-19).

Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia Cerah, Adhityani Putri mengungkapkan hal ini berdasarkan laporan survei krisis iklim pada anak muda yang disusun oleh Change.org Indonesia dan Yayasan Indonesia Cerah.

“Ini menarik karena kita selalu dihadapkan pada asumsi bahwa krisis iklim itu dampaknya tidak kelihatan, tapi ternyata ada persepi ini di kalangan anak muda,” kata Adhityani Putri dalam webinar krisis iklim di mata dunia, Jumat (25/9/2020).

Adhityani berujar survei yang dilakukan kepada 8000 responden tersebut mengungkapkan kekhawatiran pemuda terhadap krisis iklim sekiranya sama seperti kekhawatiran terhadap krisis akibat covid-19.

Responden yang rata-rata berusia 20 tahunan itu kebanyakan menyadari bahwa manusia memiliki andil terhadap dampak perubahan iklim, khususnya di Indonesia.

“3 dari lima berpendapat krisis iklim disebabkan karena ulah manusia, jadi sesuai dengan kesimpulan IPCC. Ini menunjukan adanya pemahaman yang baik,” katanya.

Baca: Krisis Iklim Diprediksi Membuat 1,2 Miliar Orang di Dunia Kehilangan Tempat Tinggal pada Tahun 2050

Survei juga menunjukkan para pemuda memahami perubahan iklim yang terjadi juga akibat dampak sumber emisi gas rumah kaca seperti deforestasi dan karhutla, asap kendaraan dan pabrik, serta pembangkit listrik berbahan fosil.

Menurut Adhityani, para pemuda ingin krisis akibat iklim menjadi isu yang mewarnai agenda politik dan menjadi isu prioritas secara nasional seperti Industri 4.0.

Karena anak muda di Indonesia saat ini tidak melihat perubahan iklim sebagai isu yang mewarnai pemberitaan media setiap harinya, seperti sejumlah negara yang ada di dunia.

“Kita ingin ada deklarasi bahawa ini (isu tentang perubahan iklim) penting bagi Indonesia dan dijadikan narasi utama,” katanya.

Padahal, berdasarkan hasil survei 97 persen pemuda Indonesia mengatakan krisis tentang perubahan iklim perlu dijadikan sebagai agenda utama politik.

Para pemuda Indonesia juga setuju jika Indonesia menjadi salah satu pemimpin dunia dalam menanggulangi krisis iklim, karena Indonesia memiliki banyak modal utama dalam penanganan perubahan iklim dunia.

“Kalau kita renungkan modal kita ini banyak sekali untuk menjadi Leader. Kita negara dengan potensi energi, dan menjadi salah satu negara yang memiliki forest impact bagi dunia, kearifan lokal yang merawat alam dan kita bisa promosikan ke dunia,” kata Direktur Yayasan Indonesia Cerah itu.

Adhityani berujar kepercayaan pemuda terkait penanggulangan krisis perubahan iklim sebagian besar bertumpu pada pemerintah berdasarkan hasil survei.

Baca: Anak Muda Berperan Aktif Kendalikan Perubahan Iklim

Walaupun ada banyak juga yang menyalahkan perusahaan dan parlemen yang menurut mereka juga bertanggung jawab pada perubahan iklim, khususnya yang terjadi di Indonesia.

Oleh Karena itu besar harapannya hasil survei dapat dijadikan rujukan pemerintah maupun pihak-pihak terkait dalam upaya mengendalikan krisis akibat perubahan iklim kedepannya.

“Ini aspirasi anak muda agar Indonesia bersuara lebih lantang di forum Internasional dan juga mengambil tindakan yang ambisius yang bisa jadi contoh bagi negara lain, karena kita memiliki banyak modal,” ungkapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini