TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi menyelenggarakan program Workshop Penguatan Eksosistem SMK Melalui “Gerakan Sekolah Menyenangkan” (GSM) yang dikuti oleh Kepala Balai Besar/Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV/ BPPMPV) dan Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk mendukung penciptaaan ekosistem pendidikan yang positif dalam rangka menyiapkan peserta didik SMK yang berkarakter dan sesuai kebutuhan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI).
Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) merupakan gerakan perubahan dari akar rumput bersama guru dan masyarakat untuk mentransformasi sekolah menjadi tempat yang dirindu siswa bisa mengeluarkan bakat, passion, penalaran dan talenta terbaik mereka dengan pendidikan yang berdasarkan kodrat kebutuhan dan kenyataan.
Gerakan ini mempromosikan dan membangun kesadaran guru-guru, kepala sekolah dan pemangku kebijakan pendidikan untuk membangun sekolah sebagai tempat yang menyenangkan untuk belajar ilmu pengetahuan dan bekal ketrampilan hidup agar anak-anak bergairah menjadi pembelajar yang sukses dan mandiri.
GSM digagas pertama kali oleh Muhammad Nur Rizal dan Novi Poespita Candra pada bulan September 2014 dan telah mampu meningkatkan kualitas guru serta ekosistem pendidikan di sekolah-sekolah pinggiran.
Sejauh ini, GSM telah menyebarkan pengaruh ke berbagai area di Indonesia, termasuk Yogyakarta, Semarang, Tebuireng Jombang, Tangerang, hingga beberapa kota di Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto menjelaskan bahwa BBPPMPV/BPPMPV memiliki andil besar karena berperan dari sisi hulu untuk penyiapan atau penguatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan vokasi.
Lebih lanjut Wikan menjelaskan peran penting yang diemban oleh BBPPMPV/BPPMPV sebagai kawah candradimuka bagi para pendidik dan tenaga kependidikan satuan pendidikan vokasi.
“Kepala BBPPMPV/BPPMPV harus memiliki visi dan mindset sebagai agen perubahan agar dapat menjadi motor penggerak di lembaganya dalam menciptakan agen perubahan dilembaganya maupun dilembaga pendidikan dalam hal ini sekolah menengah kejuruan,” tegas Wikan.
Untuk menjalankan peran sebagaia gen perubahan tersebut maka diperlukan perubahan mindset yang revolusioner selayaknya seorang CEO perusahaan besar yang terbuka dengan perubahan.
Wikan menekankan hal ini menjadi penting karena laju perkembangan industri sangatlah cepat dan diperlukan pendidik dan tenaga kependidikan yang selalu adaptif dengan perkembangannya.
“Agar nantinya proses link and match antara satuan pendidikan vokasi dengan dunia industri dapat berjalan sustain dan selaras maka peran para pemimpin baik kepala balai maupun kepala SMK yang memiliki visi dan mindset selayaknya seorang CEO menjadi sangat penting,” kata Wikan.
“Kepala sekolah juga harus memiliki karakter yang kuat sebagai pembangun yang mencakup fungsi sebagai motivator, innovator, organizing dan controling dalam pelaksanaan pembelajaran di SMK,” ujar Wikan dalam menjelaskan peran penting seorang kepala MK.
Lebih lanjut Wikan mengapresiasi kolaborasi antara Ditjen Vokasi dengan GSM dalam menyelenggarakan Workshop Penguatan Eksosistem SMK Melalui ‘Gerakan Sekolah Menyenangkan’ bagi pengelola balai dan SMK.
“Sinergitas antara pemerintah dengan seluruh pemangku kepentingan termasuk penggiat pendidikan di GSM merupakan keniscayaan yang harus dilakukan untuk mendorong perubahan ekosistem pendidikan yang mendukung terwujudnya link & match antara pendidikan vokasi dengan dunia usaha dunia industri," tegas pria yang punya hobi main tenis dan main musik tersebut.