News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penanganan Covid

Anak Muda Medan Bicara Penggunaan Masker: Memang Nggak Nyaman, Tapi Itu Penting!

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga beraktivitas memakai masker di sekitar Jalan Jenderal Sudirman Jakarta, Sabtu (3/10/2020). Untuk terus menumbuhkan kepatuhan masyarakat tentang protokol kesehatan, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengkampanyekan 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak agar angka positif Covid-19 di Indonesia menurun. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Menggunakan masker ketika keluar rumah telah menjadi kewajiban di masa adaptasi kebiasaan baru atau era new normal.

Pemakaian masker termasuk satu dari tiga poin protokol kesehatan yang harus diikuti guna mencegah penyebaran virus Corona penyebab penyakit Covid-19.

Namun, tentu, satu kebiasaan baru tidak serta-merta dapat berjalan mulus. Ada saja riak-riak yang terjadi.

Ada kelompok yang menunjukkan penolakan. Ada yang menerima, tetapi tetap merasa tak mudah untuk melaksanakan.

Warga berfoto memakai masker di jembatan peneyeberangan orang (JPO) di Jalan Jenderal Sudirman Jakarta, Sabtu (3/10/2020). Untuk terus menumbuhkan kepatuhan masyarakat tentang protokol kesehatan, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengkampanyekan 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak agar angka positif Covid-19 di Indonesia menurun. TRIBUNNEWS/HERUDIN (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Nurul, misalnya. Perempuan 19 tahun yang merupakan mahasiswi satu perguruan tinggi di Medan, menyebut dirinya sampai sejauh ini belum bisa nyaman saat mengenakan masker.

“Saya menyadari penggunaan masker ini sangat penting. Tapi jujur, bagi saya enggak mudah. Terasa kurang nyaman saja. Apa lagi kalau harus bicara saat menggunakan masker."

"Saya tetap pakai masker. Namun kalau berlama-lama, sampai saat ini saya belum sanggup,” ujarnya pada Tribun, Sabtu (3/10/2020).

Baca: Warga Takut Tiba-tiba Didekati Satpol PP, Langsung Kaget Diberi Hadiah Uang karena Pakai Masker

Lantaran merasa belum nyaman, dalam situasi tertentu, misalnya tidak sedang berada dalam kerumunan, Nurul melepas masker yang ia gunakan.

Sebaliknya, ketika berada di tengah keramaian, masker ia pasang lagi.

“Sisi positifnya, yang pasti kita merasa lebih aman dari penularan. Paling tidak persentase tertular jadi lebih kecil. Apalagi kalau semua sudah sama-sama sadar. Pakai masker dan saling menjaga jarak, resikonya akan semakin kecil,” katanya.

Ari (25) punya pandangan berbeda. Dia tidak menyinggung perihal kenyamanan. Ari yang bekerja sebagai karyawan swasta justru memandang masker dari kacamata tren dan fashion.

“Kalau soal kegunaannya sudah pasti, ya. Sudah keharusanlah. Tidak perlu didebatkan lagi. Malah saya melihatnya sebagai tren."

"Bagaimana sekarang banyak masker yang dirancang khusus bermotif sama dengan baju. Kemudian ada juga yang didesain khusus untuk acara‑acara tertentu. Keren sih kalau menurut saya,” ucapnya.

Senada dengan pandangan Ari, Zuraidah (47), seorang guru, menyebut masker yang menjadi tren menumbuhkan peluang bisnis baru bagi warga.

“Sekarang banyak orang yang menghidupi keluarganya dengan usaha baru yakni berdagang masker. Banyak juga di antara mereka yang sebelumnya berdagang produk lain."

"Usaha lama mereka tutup karena imbas Covid-19, tapi kemudian terbantu dengan adanya kewajiban menggunakan masker yang ditekankan pemerintah. Sedikit banyak ada kelompok masyarakat yang terbantu,” katanya.

Meningkat tapi Masih Minim

Namun bagaimana sebenarnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap penekanan ‘wajib menggunakan masker’ ini? Secara umum meningkat, tapi masih belum sampai pada titik yang diharapkan.

Hal ini dikemukakan Juru Bicara GTPP Covid-19 Sumut, Aris Yudhariansyah. “Kalau ditanya soal penggunaan masker, memang, kalau dibanding di masa-masa awal pandemi sudah lebih baik. Ada peningkatan. Namun secara umum, belum seperti yang diharapkan. Masih banyak di antara warga masyarakat yang belum sepenuhnya sadar akan pentingnya penggunaan masker ini,” kata Aris pada Tribun di Medan, Sabtu.

Bahkan konyolnya, alih-alih menaati aturan, tidak sedikit warga yang memilih untuk kucing-kucingan dengan petugas di lapangan.

“Mereka pakai masker hanya jika ada petugas yang sedang melakukan razia. Setelah melewati razia, maskernya dilepas lagi. Seakan yang perlu masker itu petugas, bukan dirinya. Kalau ada yang kepergok, jawaban mereka, pakai masker supaya tidak kena razia dan diberi hukuman. Ini fenomena yang kami temukan di lapangan,” sebutnya.

Dipapar Aris lebih lanjut, Pemerintah Provinsi Sumatra Utara dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumatra Utara saat ini sedang melaksanakan program pembagian masker lima juta masker.

Selain itu, kampanye 3M (Mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak), Kampanye ‘Ingat Pesan Ibu’, terus digalakkan.

“Kita membagikannya (masker) secara gratis. Juga sosialisasi dan kampenye-kampanye, terus kita lakukan. Diharapkan ke depan tingkat kesadaran masyarakat dapat semakin baik."

"Butuh waktu, memang. Tidak mudah. Namun saya yakin bisa,” katanya seraya menambahkan, terkait penggunaan masker, kebiasaan menggunakan masker jenis scuba agar tidak dilanjutkan.

“Standarnya itu masker kain tiga lapis. Bukan masker scuba. Kalau masker ini (scuba), resikonya masih tetap tinggi,” ujar Aris.(cr14/vic)

Catatan Redaksi: Bersama-kita lawan virus corona. Tribunnews.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan. Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Penggunaan Masker untuk Tangkal Penyebaran Virus Corona

Penulis: Victory Arrival Hutauruk

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini