News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Politikus PKS Sebut Atmosfer Politik Satu Tahun Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Semakin Buram

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2019-2024, Joko Widodo atau Jokowi dan Maruf Amin yang dijual di pasaran.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden KH. Ma'ruf Amin genap satu tahun pada 20 Oktober 2020 besok.

Wakil Ketua fraksi PKS DPR RI Mulyanto menilai, dalam satu tahun pemerintahan Jokowi-Ma'ruf, atmosfer politik semakin buram.

Mulyanto menjelaskan mengapa atmosfer politik di Indonesia semakin buram.

Baca juga: Hasil Survei Indikator Politik Indonesia Soal Kerja Jokowi, PSBB hingga Warga yang Susah Cari Makan

Pertama, hadirnya gerakan yang oposisi yang mengkritisi pemerintah, namun suara-suara kritis itu dibungkam.

Ia menyebut, hadirnya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) menguatkan suara oposisi meski disebut gerakan moral.

Baca juga: Sebut Demo UU Cipta Kerja karena Hoaks, Koalisi Masyarakat Sipil Menduga Jokowi Dapat Laporan Keliru

"Secara politik, gerakan oposisi non-parlementer, KAMI dideklarasikan. Di sana berhimpun tokoh-tokoh yang selama ini nampak vokal dan kritis. Sehingga konsolidasi politik kaum oposisi semakin kuat," kata Mulyanto saat dihubungi Tribunnews, Senin (19/10/2020).

Kedua, dipaksakannya Pilkada Serentak dan pembahasan RUU Cipta Kerja di tengah pandemi Covid-19.

Menurut Mulyanto, reaksi masyarakat yang muncul secara umum bersifat negatif dan dianggap merupakan sebentuk ketidakpekaan pemerintah terhadap pandemi yang belum usai dilewati.

Baca juga: Indikator Politik: Kepuasan Masyarakat Terhadap Kinerja Jokowi 68 Persen

"Apalagi ketika RUU Cipta Kerja ini pembahasannya dikebut, kurang aspiratif, terkesan tertutup, dan bahkan pihak yang terdampak langsung seperti buruh, petani, dan nelayan merasa tidak dilibatkan sejak awal, maka reaksi keras publik bermunculan," ucap Anggota Komisi VII DPR RI itu.

Reaksi tersebut, lanjut Mulyanto, semakin kuat ketika diketahui, bahwa ketentuan yang dinormakan dalam RUU Cipta Kerja ternyata tidak menguntungkan pihak buruh dan sarat ketidakadilan.

Baca juga: Jokowi dan Megawati Didesak Perintahkan Kapolri Lepaskan Petinggi KAMI

Mulyanto berpendapat, Omnibus Law tersebut mendorong liberalisasi ekonomi, pangan, industri pertahanan, termasuk pendidikan.

"Secara politik, semua ini menambah buram atmosfer politik pemerintahan Jokowi setelah satu tahun di periode kedua," pungkas Mulyanto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini