News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Benny Mamoto Klaim Temuan Timnya Lebih Lengkap dari Tim Haris Azhar, Ini Alasannya

Penulis: Gita Irawan
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Konferensi pers TGPF secara virtual, Sabtu (17/10/2020).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Ketua Tim Investigasi Lapangan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Kasus Intan Jaya Benny Mamoto menilai hasil temuan timnya lebih lengkap dibandingkan dengan temuan Tim Kemanusiaan Untuk Intan Jaya yang dirilis oleh aktivis HAM Haris Azhar pada Kamis (29/10/2020) kemarin.

Benny yang juga menjabat sebagai Ketua Harian Kompolnas itu mengatakan temuan timnya lebih lengkap karena mewawancarai personel TNI dan Kepolisian yang bertugas di sana.

"Masing-masing tim yang turun ke lapangan memperoleh data dan informasi dari saksi atau narasumber yang berhasil diwawancarai. Temuan TGPF lebih lengkap karena narasumbernya termasuk anggota Polri, penyidik dan anggota TNI, disamping keluarga korban dan tokoh agama, tokoh masyarakat," kata Benny ketika dihubungi Tribunnews.com pada Jumat (30/10/2020).

Baca juga: Rektor Uncen Optimis TGPF Intan Jaya Mampu Ungkap Kronologi Tewasnya Pendeta Yeremia Zanambani

Benny juga mengungkapkan alasan mengapa TGPF tidak mengungkapkan sosok oknum aparat yang diduga terlibat dalam peristiwa tewasnya Pendeta Yeremia Zanambani saat konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam pada Rabu (21/10/2020) lalu.

Menurut Benny,  timnya tidak berwenang untuk menyebut nama oknun aparat yang diduga terlibat dalam peristiwa tewasnya Pendeta Yeremia Zanambani pada 19 September 2020 lalu karena kewenangan tersebut ada pada kepolisian.

Benny menambahkan dalam hal ini Kepolisian memiliki kewenangan menentukan tersangka atau pelaku yang terlibat dalam peristiwa tewasnya Pendeta Yeremia berdasarkan dua alat bukti.

Ia pun menegaskan tugas timnya hanya mengumpulkan data dan info lapangan untuk membuat terang peristiwa.

"Sampai saat terakhir belum ditemukan saksi mata peristiwa penembakan tersebut sehingga tidak elok kalau sudah menyebut nama pelakunya," ujar Benny.

Laporan timnya tersebut, diungkap Benny telah diserahkan Menko Polhukam kepada Panglima TNI, Kapolri, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Kepala BIN, dan Mendagri untuk ditindaklanjuti.

"Semua data dalam laporan TGPF sudah diserahkan oleh Menkopolhukam kepada Panglima TNI, Kapolri, KSAD, Ka BIN, Mendagri untuk ditindaklanjuti," imbuhnya. 

Baca juga: Pengungkapan Tewasnya Pendeta Yeremia Membuat Korban dan Masyarakat Papua Nikmati Keadilan

Diberitakan sebelumnya Tim Kemanusiaan Untuk Intan Jaya mengungkap sosok oknum aparat yang diduga terlibat dalam tewasnya Pendeta Yeremia Zanambani di Distrik Hitadipa Kabupaten Intan Jaya pada 19 September 2020 lalu.

Aktivis HAM yang juga Pendiri Kantor Hukum dan HAM Lokataru Foundation, Haris Azhar sekaligus bagian dari Tim Kemanusiaan Untuk Intan Jaya mengungkapkan oknum aparat tersebut diduga bernama Alpius.

Alpius disebut merupakan anggota TNI personel Koramil setempat di dalam laporan yang telah disusun Haris bersama tim yang di antaranya terdiri dari jurnalis, masyarakat, dan pendeta.

Di mata istri istri korban, Alpius sudah dianggap seperti anak sendiri karena kerap menumpang mandi, makan bersama, atau meminta air untuk merawat kebun yang dikelola Alpius.

"Jadi Alpius ini cukup dikenal dan bahkan dapat julukan dengan tambahan satu marga lokal karena dia suka ikut ibadah di satu gereja yang banyak dari marga atau keluarga tertentu," jelas Haris dalam konferensi pers virtual pada Kamis (29/10/2020).

Dugaan Tim Kemanusiaan Untuk Intan Jaya Papua mengarah kepada Alpius bukan tanpa sebab.

Pertama Alpius pernah menyebut nama Pendeta Yeremia dan lima orang lainnya sebagai musuhnya.

Haris mengatakan awalnya ketika itu masyarakat sempat dikumpulkan oleh personel TNI sekira pukul 09.00 WIT di lapangan depan kantor Koramil.

Dalam kesempatan itu, Danramil meminta masyarakat mengembalikan senjata yang dirampas pada 17 September 2020 di Sugapa Lama.

Masyarakat diberi waktu dua hari untuk mengembalikan senjata yang dirampas pada 17 September.

Jika tidak dikembalikan dalam dua hari tersebut, maka akan dilakukan operasi penumpasan ke warga.

Aktivis HAM sekaligus Direktur Lokataru Foundation Haris Azhar (Tribunnews.com/ Igman Ibrahim)

Selain itu, kata Haris, Danramil juga memerintahkan kepada dua orang Pemuda mencari Kepala Suku Moni Melianus Wandagau, di Sugapa Lama.

Setelah itu Alpius kembali mengumpulkan warga di depan Gereja Imanuel 1 sekira pukul 12.00 WIT.

Dalam kesempatan itu, Alpius mengungkapkan Pendeta tidak pernah mengajarkan ke jemaat atau masyarakat untuk membunuh orang tapi mereka membunuh orang.

"Alpius juga mengatakan bahwa 'Orang-orang atau Masyarakat Hitadipa yang menjadi musuh, lawan dan perang dengan saya (TNI/Polri) adalah antara lain, Jimi Sani, Pendeta Yeremia Zanambani, Pendeta Yakobus Maiseni, Ibu Ev Naomi Kobogau/Maiseni, Roni Majau dan Amoli Wandagau'," kata Haris.

Kedua, masih menurut Haris, ada saksi yang menyatakan Alpius dan seorang anggota TNI mendatangi kandang babi.

Saksi tersebut menyatakan sempat ada proses dialog antara Alpius dengan Pendeta Yeremia sebelum Pendeta Yeremia ditemukan istrinya tersungkur mengeluarkan banyak darah di kandang babi.

Darah tersebut diduga berasal dari luka tikam di punggung atas dan dari luka tembak di tangan kiri atas Yeremia.

Baca juga: Kronologi Oknum Brimob Diduga Jual Senjata Api Kepada Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua

Saat itu Pendeta Yeremia yang masih bisa berkomunikasi pun sempat mengungkapkan kalimat yang mengarahkan kepada dugaan bahwa pelaku yang menyebabkannya mengalami hal tersebut adalah Alpius.

"Pendeta Yeremia masih berkomunikasi dan dalam komunikasi itu kesaksian dari Pak Pendeta kepada Mama Meriam (istri Yeremia) bahwa ini akibat dari orang yang kita kasih makan, artinya si Alpius," tutur Haris.

Tidak hanya itu, Haris mengatakan sebelum kejadian Yeremia yang dikenal sebagai sosok yang tegas sempat menanyakan dua orang warganya yang ditahan oleh aparat dalam semacam razia covid-19 pada 21 April 2020 lalu.

Pasalnya dua orang warga yang ditahan tersebut belum kembali hingga saat ini.

Hingga sekali waktu, kata Haris, pernah ada pertemuan dari semua stakeholder pemerintah yang ada di Kabupaten yang dihadiri Bupati, Wakil Bupati, Pimpinan Militer, Pimpinan Polisi di Kabupaten Intan Jaya.

"Pendeta Yeremia pernah mengatakan bahwa secara tegas, karena dia dikenal juga orang yang tegas di masyarakat, dia mengatakan bahwa kalau memang kedua orang tersebut sudah meninggal, tolong beri tahu kepada kami di mana kuburannya biar kami bisa melakukan ibadah duka. Jika memang masih hidup, tolong tunjukkan kepada kami ada di mana, supaya mereka bisa kembali ke keluarganya," tambah Haris.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini