TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim melihat kompleksitas seputar perempuan muda Indonesia dan setuju untuk memprioritaskan pendidikan yang setara.
Data menunjukkan bahwa siswa perempuan memiliki persentase yang lebih tinggi untuk menikah dini dan melakukan pekerjaan rumah tangga dibandingkan siswa laki-laki.
Menurut Nadiem, hal itu bisa terjadi karena masih adanya anggapan yang mengutamakan perempuan untuk menikah daripada untuk pendidikan terutama di pedesaan.
“Ini mungkin didasarkan pada pola pikir budaya tertentu di mana anak perempuan seharusnya hanya melakukan pekerjaan rumah tangga dan tidak membutuhkan pendidikan,” kata Nadiem di acara Soroptimist International South West Pacific (SISWP), Jumat (20/11/2020).
Baca juga: Belajar Tatap Muka Dimulai Januari 2021, Nadiem Makarim: Kewenangan Diberikan pada Pemerintah Daerah
Pria yang akan akrab dipanggil Mas Menteri itu berujar pemikiran tersebut mengarah pada stereotip gender yang masih kerap ditemukan, tak terkecuali di Indonesia.
Oleh karena itu, ia mengajak pemangku kepentingan terus berinovasi dan menerapkan strategi untuk memastikan akses pendidikan yang lebih luas.
Diharapkan dengan adanya inovasi untuk semua itu akan mengubah bagian dari pola pikir budaya.
“Dan untuk itu, kami dengan senang hati bekerja sama dengan organisasi termasuk Soroptimist International dalam menghadapi tantangan ini,” kata Menteri Makarim.
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Pemerintah Indonesia tahun 2017, 16% anak perempuan Indonesia atau 1,78 juta anak perempuan di Indonesia dalam status menikah.
Kemiskinan muncul sebagai salah satu faktor pendorong dalam pernikahan anak perempuan dibawah umur.
Banyak negara, terutama di daerah miskin dan pedesaan, anak perempuan umumnya dinikahkan sebagai strategi kelangsungan ekonomi untuk keluarga miskin.
Oleh karena itu, pendidikan bagi perempuan di pedesaan dan kesetaraan gender adalah kunci untuk masa depan yang lebih baik.
"Soroptimist International South West Pacific mengajak wanita di seluruh dunia harus bersatu, berdiri dan menciptakan jalan menuju kemakmuran," kata Dato Anusha Santhirasthipam, Presiden Federasi SISWP Biennium 2018-2020.
Federasi ini menandai 100 tahun keberadaannya dan Konferensi Klub ke-22 dari Indonesia dan menekankan pentingnya solidaritas di antara perempuan di saat pandemi.
“Sudah waktunya bagi kita untuk maju dan memimpin. Perbarui, setel ulang, mulai ulang, sambungkan kembali, atur ulang nilai dan prioritas kami. Berhati-hatilah,” lanjutnya.