News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pangdam Jaya Blak-blakan soal Karangan Bunga hingga Alasan Pencopotan Baliho Habib Rizieq Shihab

Penulis: Shella Latifa A
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pangdam Jaya Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurachman menjawab pertanyaan redaksi Tribunnews saat berkunjung ke Makodam Jaya, Jakarta, Senin (23/11/2020). TRIBUNNEWS/DANY PERMANA

TRIBUNNEWS.COM - Pangdam Jaya Mayor Jendral (Mayjen) TNI Dudung Abdurachman memberi respon terkait adanya karangan bunga yang ditujukan padanya.

Sebelumnya Senin (23/11/2020) sejumlah warga dari berbagai elemen mengirimkan karangan bunga kepada TNI dan Polri, khususnya Kodam Jaya.

Hal ini sebagai bentuk dukungan dan apresiasi sejumlah warga atas penanganan covid-19 serta penurunan baliho Habib Rizieq Shihab. 

Dikutip dari kanal YouTube Tribunnews, Dudung menyampaikan dirinya hanya melaksanakan tugas sebagai Panglima Kodam Jaya, Rabu (25/11/2020).

Baca juga: Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman: Saya Marah TNI Dijelek-jelekkan

Baca juga: Satpol PP Didemo FPI karena Copot Baliho Rizieq Shihab, Dudung Abdurachman Geram: Mereka Itu Siapa?

"Yang jelas saya melaksanakan tugas aja, seyogyanya sebagai Panglima Kodam Jaya Jayakarta," ujar dia. 

Ia menambahkan dirinya tidak menduga akan mendapatkan antusias warga lewat karangan bunga yang ditujukannya kepadanya.

"Saya juga tidak mengira seperti itu dan tidak berharap seperti itu, biasa- biasa aja," tambahnya.

Pangdam Jaya ini menjelaskan penertiban baliho ini sebelumnya sudah dilakukan oleh Satpol PP, kepolisian dan TNI.

Baca juga: Markas Kodam Jaya Dipenuhi Karangan Bunga, Golkar: Bentuk Dukungan Tindakan Tegas Pangdam Jaya

Baca juga: Sejumlah Warga Kirimkan Karangan Bunga sebagai Dukungan Kepada Kodam Jaya Atas Penanganan Covid-19

"Penertiban baliho ini sudah dilakukan oleh kita, dari Satpol PP, Kepolisian, kemudian, dari TNI."

"Dua bulan lalu sudah kita lakukan," ucapnya.

Dudung menjelaskan ada ketentuan yang mengatur terkait penertiban baliho.

"Kita tahu bahwa pemasangan baliho ini ada aturan, ada ketentuannya."

Pangdam Jaya Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurachman menjawab pertanyaan redaksi Tribunnews saat berkunjung ke Makodam Jaya, Jakarta, Senin (23/11/2020). TRIBUNNEWS/DANY PERMANA (TRIBUN/DANY PERMANA)

Baca juga: Isu Mayjen TNI Dudung Abdurachman Lengser dari Jabatan Mencuat: Misal Dicopot Saya Nggak Takut

Baca juga: Ini Reaksi Jubir FPI Penurunan Baliho Rizieq Shihab Oleh Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman

"D imana tempatnya, sudah ditentukan, kemudian ada aturan bayar pajak dan sebagainya," ucapnya.

Ia menyampaikan saat melakukan penertiban baliho, Satpol PP mendapatkan demo dari Front Pembela Islam (FPI).

"Namun pada saat penertiban ini, Satpol PP itu didemo sama FPI agar dipasang kembali," ucapnya.

"Sudah kita tertib kan, namun Satpol PP ini mungkin kewalahan menghadapi mereka, sehingga suruh memasang baliho kembali," lanjutnya.

Baca juga: Jauh Sebelum Jadi Perwira TNI, Mayjen TNI Dudung Pernah jadi Loper Koran hingga Penjaja Keliling

Ia menjelaskan Indonesia adalah negara hukum sehingga masyarakat itu tertib hukum dan aturan.

"Menurut saya jangan seperti itulah, kita negara hukum, jangan semaunya sendiri."

"Sementara masyarakat tertib hukum dan taat aturan, tapi ada satu pihak tidak mentaati aturan sesukanya sendiri."

"Merasa paling benar sendiri, itu yang tidak boleh," tegasnya.

Baca juga: Turunkan Baliho Habib Rizieq, Mayjen Dudung Tak Takut Lengser dari Jabatan Pangdam Jaya

Dudung menjelaskan hal itu yang membuatnya mengambil keputusan untuk menertibkan pemasangan baliho ini.

"Ya misalnya Satpol PP sudah tidak sanggup lagi, ya kemudian siapa lagi."

"Ciri pemimpin itu satu, dia berani mengambil keputusan."

"Kalau keputusannya benar, itu bagus."

"Kalau salah, itu masih bagus daripada tidak berani sama sekali," ucapnya dengan tegas. 

Masa Kecil Pangdam, Jualan Klepon hingga Loper Koran

Masa kecil Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman penuh perjuangan. 

Ia pernah jualan kue klepon lalu menjajakannya ke kantin-kantin di Kodam III Siliwangi dan sekolah-sekolah sekitar Jalan Belitung.

Menginjak SMA beralih jadi loper koran.

Baca juga: Bawa-bawa Ahok terkait Karangan Bunga bagi Pangdam Jaya, Kuasa Hukum FPI: Enggak Ngaruh Buat Kita

Dudung remaja merasakan dinginnya Kota Bandung, karena setiap pukul 04.00 WIB ia rutin mengambil koran ke Jalan Cikapundung, Kota Bandung.

"Hidup saya ini tidak semudah membalikkan telapak tangan," ujar Dudung saat berbincang dengan Tribun Network, Senin (23/11/2020).

Yang tak pernah dilupakan adalah pesan ibunya, bahwa tujuan hidup yang terpenting adalah selalu mengasihi sesama manusia dan selalu berpikir positif.

"Hati harus baik, pikiran baik, dan ucapan baik," tuturnya.

Berikut petikan wawancara Tribun Network seputar perjalanan hidup Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman:

Perjalanan hidup Anda unik, bisa diceritakan?

Hidup saya ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Harus ada perjuangan. Yang ada di depanmu, di belakangmu, pokoknya yang ada di sekelilingmu itu tidak berarti apa-apa, dibanding dengan apa yang ada di dalam dirimu sendiri.

Makanya kita harus banyak berusaha.

Pesan Ibu saya, kita harus mengerti tujuan hidup itu untuk di akhirat nanti, lalu mengasihi sesama manusia. Berpikir positif, hati harus baik, pikiran baik, ucapan baik, dan tindakan baik.

Pada saat menjabat Gubernur Akmil, saya terapkan pada taruna itu bagaimana wajib Salat Shubuh, Dzuhur, Maghrib, bahkan tahajud.

Di Akmil dari tahun 57 sampai 2020, tidak ada gereja, katolik dan pura untuk taruna, adanya di luar. Saya jadi gubernur saya bangun gereja, katolik, pura, karena sedini mungkin saya ajari mereka bagaimana toleransi beragama.

Jadi jangan merasa agama paling benar, karena agama dari yang maha kuasa. Saya ajari mereka seperti itu dan saya selalu membuat perubahan.

Begini, keberhasilan dan kemenangan itu berasal dari keberanian mengubah sesuatu yang baru. Saya tidak mau menjabat ini datar-datar saja.

Jadi pemimpin itu harus punya imajinasi, inovasi, visi misi, harapan, dan cita-cita. Kalau tidak punya ini semua datar-datar saja.

Ada pro-kontra, Anda mencopot baliho FPI karena supaya tidak dicopot?

Saya itu dulunya tukang koran. Jadi kalau saya jadi Pangdam, itu sudah luar biasa, saya bersyukur banget. Kalau dicopot, ya saya tidak pernah takut.

Benar. Saya sudah bersyukur. Saya kemarin dalam rangka kesiapan bencana alam, banjir, kemudian kesiapan dalam rangka Pilkada.

Saya katakan, karena saya lihat perilakunya di lapangan seperti itu menghalalkan segala cara, masang baliho seenaknya, kan saya sampaikan kalau perlu dibubarkan, kalau saya tidak bisa membubarkan FPI.

Pangdam membubarkan FPI bukan ranahnya, bukan kewajibannya, bukan tugasnya, tapi dipelesetkan Pangdam membubarkan FPI, itu orang tidak paham berarti.

Pakai logika saja, apa hubungannya Pangdam membubarkan FPI.

Anda sempat menjadi loper koran?

Waktu saya masih anak-anak Bapak saya meninggal itu. Orang tua saya kan punya anak delapan, saya ini nomor enam.

Bapak saya itu hanya PNS, golongan 2D, tahu sendiri PNS ekonomi seperti apa. Sepeninggal Bapak itu saya jualan klepon, pastel, saya ke warung-warung, taman lalu lintas, ke kodam, ke kantin.

Saya masuk kelas satu SMA, saya harusnya masuk SMA yang pagi, terus saya bilang ke ibu saya suruh menghadap ke kepala sekolah.

Kalau bisa saya masuk yang siang, karena saya mau mengantar koran. Jadi dapatlah yang siang, filialnya SMA 5.

Jadi pagi jam 4 sudah berangkat mengambil koran di Cikapundung. Terus sampai jam 8 pagi. Setelah mengantar koran bsaya cari kayu bakar. Karena masaknya pakai kayu bakar.

Berarti masa muda Panglima bukan seperti anak gaul Bandung?

Rumah saya itu di barak-barak. Jadi asrama itu seperti barak, itu disekat-sekat, pakai bilik-bilik. Atapnya itu tidak ada plafon. Jadi langsung bolong.

Jadi kalau ngobrol dengan tetangga sebelah kedengeran. Kalau ribut ya kedengaran oleh tetangga sebelah. Antara keluarga dengan keluarga itu hanya pakai bilik.

Kenapa milih anggota TNI lewat Akmil?

Saya cita-citanya ingin masuk ITB. Saya ingat dibawa naik motor, nanti Dudung kuliah di sini ya kalau sudah besar. Diajak naik motor.

Nah Bapak tidak ada, saya diterima di perguruan tinggi, di IKIP jurusan matematika, dan beberapa perguruan tinggi lain. Orang-orang yang lulus Sipenmaru itu kan dikumpulkan di Magelang.

Kamu milih mana? Terus ada kesempatan menelepon orang tua. Terus saya telepon, uang dari mana kalau kuliah, kan begitu. Ya sudah, saya masuk akademi militer.

Iseng-iseng aja saya masuk akademi militer. Gratis. Senang saya, makan gratis, dapat uang saku.

Makanya selama pendidikan di akademi militer orang lain kurus-kurus, tertekan, saya gemuk sendiri. hahaha. Saya makan saja. Orang tidak punya, lihat nasi, wah kesempatan kan. Makanya malah gemuk. Saya juga heran.

Pandemi belum selesai, Pemerintah DKI Jakarta memperpanjang masa PSBB transisi. Sebagai pribadi, bagaimana Anda menjaga kesehatan diri sendiri?

Saya yang penting makan teratur, ada vitaminnya. Kan vitamin dari makanan sudah cukup. Sudah ada protein dari telur dan segala macam, nasi segala macam. Yang penting kita fit. Biar imun kita kuat. Saya juga rajin olahraga.

Olahraganya biasanya apa?

Jalan, kemudian tenis meja. Tenis meja kan keringatnya cepat sekali. Tenis lapangan. Karena kan perintah KSAD setiap hari kita olahraga biar bugar. Nah yang paling penting lagi, hati kita. Jangan stres. Kalau stres pikiran macam-macam. Santai saja.

Secara berkala Anda melakukan tes, rapid tes, PCR?

Jelas.

Berapa lama sekali?

Ya sering. Kita kalau ke istana ada kegiatan kan pasti. Terus kalau kegiatan kemarin kita mau ada cek up, saya juga dicek.

(Tribunnews.com/Shella)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini