TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR RI Fraksi NasDem Eva Yuliana menyampaikan rasa duka cita terdalam atas peristiwa pembunuhan satu keluarga di Dusun Lima Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Sebanyak empat jiwa tewas dihabisi oleh sekelompok orang tak dikenal (OTK).
Diduga, para pelaku merupakan anggota Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
“Ini tragedi kemanusiaan. Tidak boleh terjadi lagi,” ujar Eva, dalam keterangannya, Senin (30/11/2020).
Melalui kewenangannya di Komisi III DPR RI, Eva menegaskan akan segera berkoordinasi, meminta Polri dan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) untuk menyikapi kasus ini.
Baca juga: Teror di Sigi, Ahmad Sahroni : Kejadian Mengerikan, Densus 88 dan TNI Harus Turun
Menurutnya, dalam menyikapi kasus ini tidak ada respon lain selain pemerintah mesti bertindak tegas mengejar dan menangkap para pelaku pembunuhan.
Berdasar olah tempat kejadian perkara (TKP) dan penyelidikan awal, diduga kelompok pelaku terdiri dari 10 orang.
Disimpulkan sementara, mereka merupakan sisa-sisa kelompok Santosa yang sekarang tersisa beberapa orang.
Pimpinan mereka saat ini terdeteksi bernama Ali Kalora.
“Di samping tugas utama memburu para pelaku saat ini, saya akan mendorong Polri untuk mengevaluasi Satgas Operasi Tinombala. Apa saja kekurangan yang dirasakan selama ini oleh tim di lapangan? dan terutama, bagaimana antisipasi secara menyeluruh agar kejadian keji seperti ini tidak terjadi lagi,” kata Eva.
Baca juga: Mengenal Sosok Ali Kalora, Pimpinan MIT yang Diduga Lakukan Teror di Sigi
Sejauh ini, Eva mendapatkan laporan bahwa Mabes Polri melalui Satgas Tinombala telah melakukan pengejaran dengan upaya isolasi sekaligus pengepungan lokasi yang diduga menjadi tempat persembunyian para pelaku.
Selain itu, sudah ada back-up kurang lebih 100 orang pasukan untuk menambah kekuatan Satgas Tinombala melakukan perburuan.
Tambahan pasukan berasal dari Brimob Polda Sulteng dan TNI.
Selain berkoordinasi dan meminta Polri, Eva juga meminta BNPT lebih meningkatkan proses pencegahan, deradikalisasi, dan pendeteksian dini sel-sel teroris yang mungkin masih ada.