Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menilai pembukaan sekolah tatap muka memiliki risiko tinggi terjadinya lonjakan kasus Covid-19.
Ketua Umum IDAI Dr. Aman B. Pulungan melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa (1/12/2020), mengatakan, anak masih berada dalam masa pembentukan berbagai perilaku.
"Ketika protokol kesehatan dilanggar, baik sengaja maupun tidak, maka risiko penularan infeksi COVlD-19 akan meningkat sangat tinggi," ujar Aman.
Ia menuturkan, peningkatan jumlah kasus yang signifikan pascapembukaan sekolah telah dilaporkan di banyak negara, sekalipun negara maju seperti Korea Selatan Prancis, Amerikat, maupun Israel termasuk di Indonesia.
Baca juga: Saran IDAI Bagi Orangtua Setujui Anak Ikut Sekolah Tatap Muka di Masa Pandemi Covid-19
"Penundaan sekolah dikatakan dapat menurunkan transmjsi. Semua warga sekolah, termasuk guru dan Staf, dan juga masyarakat memiliki risiko yang sama untuk tertular dan menularkan Covid-19," terangnya.
Namun demikian, didapatkan berbagai laporan selama pandemi berlangsung tentang meningkatnya tingkat stres pada anak dan keluarga perlakuan salah, pernikahan dini, ancaman putus sekolah, serta berbagai hal yang juga mengancam kesehatan dan kesejahteraan anak yang secara umum di alami di negara-negara berkembang.
Hal ini juga membutuhkan perhatian dan penanganan khusus oleh seluruh pihak.
Rekomendasi IDAI
Sehubungan dengan rencana dimulainya transisi pembelajaran tatap muka pada bulan Januari 2021, maka Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memandang perlu upaya bersama yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan anak Indonesia perlu terus diperjuangkan, baik melalui pembelajaran tatap muka maupun saat belajar dari rumah.
Pendidikan disiplin hidup bersih sehat serta penerapan protokol kesehatan dimulai dari rumah sebagai lingkungan terdekat anak, terlepas dari apakah anak menghadiri kegiatan belajar tatap muka atau tidak.
Orangtua dan anggota keluarga dewasa diharapkan mulai memperkenalkan 3M; kebiasaan cuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak sejak dini. Pengenalan kebiasaan mencuci tangan dapat dimulai dari kebiasaan sederhana memberi contoh secara rutin dan membersihkan tangan bayi sejak usia mulai MPASI, lalu ditingkatkan secara bertahap.
Baca juga: 83 Persen Sekolah Belum Siap Lakukan Pembelajaran Tatap Muka, Bintang Puspayoga Soroti Temuan KPAI
Pemakaian masker dengan cara yang benar dapat mulai dikenalkan sejak usia 2 tahun, dengan durasi semampu anak, kemudian ditingkatkan secara bertahap. Ketika anak belum mampu hendaknya tidak dimarahi, melainkan diberi apresiasi ketika ia mampu melakukan dengan benar, serta terus diberikan contoh, kesempatan, dan bimbingan secara berulang-ulang hingga lancar dan menjadi kebiasaan.
"Menimbang dan memperhatikan panduan dari World Health Organization (WHO), publikasi ilmiah, publikasi di media massa, dan data COVID-19 di Indonesia maka saat ini IDAI memandang bahwa pembelajaran melalui sistem jarak jauh (PJ) lebih aman," jelas Aman.