TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menurut polisi enam orang pengikut pimpinan FPI Muhammad Rizieq Shihab (MRS) tewas setelah melakukan menyerang anggota kepolisian.
Terkait hal itu, Pengamat Kepolisian Universitas Krisnadwipayana Sahat Dio menilai siapa pun orangnya jika melakukan penyerangan hingga membahayakan keselamatan penegak hukum, maka tindakan tegas dan terukur menjadi solusinya.
"Ini bukan soal siapa mereka, tapi apa yang mereka lakukan. Menteri sekalipun, kalau dia melakukan tindak pidana, ya pasti akan ditindak, sesuai kesalahannya," ujar Sahat kepada wartawan, Senin (7/12/2020).
"Kalau yang dilakukan mereka hanya berdiskusi atau cekcok mulut dengan petugas, misalnya, tak mungkin ada tindakan dan peristiwa itu saya kira. Pasti ada insiden serius," imbuh dia.
Baca juga: Komnas HAM Minta Kerja Sama Semua Pihak Dalami Bentrok Polisi-Pendukung Rizieq Shihab
Menurut Sahat, kecil kemungkinan aparat main tembak hingga menyebabkan hilangnya nyawa seseorang, tanpa ada alasan atau latar belakang yang kuat.
Apalagi mengingat banyak resiko yang akan aparat tersebut terima di kemudian hari jika melakukan tindakan demikian.
"Saya kira polisi pasti memiliki perhitungan yang tak main-main. Pertama, mereka pasti memperhitungkan apakah tindakan pelaku benar-benar membahayakan nyawa polisi. Kedua, jika ditindak secara serampangan atau tanpa prosedur yang jelas, misalnya, tentunya sangat berisiko bagi petugas, mengingat orang-orang yang meninggal terafiliasi dengan kelompok/organisasi besar dan memiliki pengaruh di negara ini," jelasnya.
Belum lagi, saat ini adalah era keterbukaan, dimana media sosial dengan para netizennya ada di mana-mana guna memberikan informasi ke masyarakat tanpa ditutup-tutupi.
Sehingga, lanjut Sahat, sekecil apa pun rahasia yang disimpan tentu pasti kelak akan terkuak.
"Di era sekarang, apabila ada rekayasa atau kebohongan pun, saya kira nantinya akan terbongkar dengan sendirinya," kata Sahat.
Di sisi lain, Sahat juga meminta polisi memperkuat bukti-bukti lainnya seperti dengan menghadirkan rekaman CCTV di jalan tol saat kejadian atau mungkin rekaman video amatir melalui ponsel.
Dia menegaskan bukti-bukti ini penting dimunculkan sejak dini atau sebelum persidangan, sebagai antisipasi upaya-upaya penggiringan opini publik ke arah yang negatif.
Dengan demikian, keraguan masyarakat dan pihak-pihak yang skeptis lainnya akan sirna seketika.
"Juga bisa dengan cara penelusuran atau pembuktian bahwa laskar khusus tersebut memang memiliki senjata api itu. Ini juga menjawab pertanyaan publik apa mungkin mereka memiliki senjata api, mungkin kalau senjata tajam masih masuk akal," kata Sahat.
"Bisa juga polisi membuktikan jika memang kendaraannya benar ditabrak atau dipepet, itu kan bukti penyerangan juga. Kalau soal menguntit itu hal biasa, penegak hukum diberikan kewenangan untuk itu. Sehingga akhirnya seluruh pertanyaan publik bisa terjawab dan apa yang dilakukan petugas bisa dipertanggungjawabkan," pungkasnya.