Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Selain membahayakan lingkungan, bahan bakar minyak (BBM) dengan RON rendah menyebabkan kualitas udara menjadi jauh menurun, tentu akan berpengaruh kepada ekosistem global.
"Tak hanya kendaraan, tetapi juga kepada pengaruh udara yang sangat berbahaya dan tentunya bagi dampak lingkungannya," ungkap Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan kepada wartawan, Rabu (9/12/2020).
Dia menekankan perlunya edukasi ke masyarakat agar terbiasa menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan.
Baca juga: BBM RON Tinggi Untungkan Pemilik Kendaraan, Edukasi ke Masyarakat Perlu Digencarkan
Jika kelak sudah terbiasa memakai BBM dengan oktan yang lebih tinggi, lanjut Mamit, konsumen bisa merasakan sendiri manfaat bahan bakar ramah lingkungan tersebut.
"Karena penggunaan BBM yang lebih ramah lingkungan juga menguntungkan pemilik kendaraan," ungkap dia.
Upaya pemerintah melalui komitmen Paris Agreement dan sesuai peraturan pemerintah nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara harus segera dilaksanakan.
Baca juga: BBM RON Rendah Berdampak Buruk: Pencemaran hingga Gangguan Kesehatan
Optimalkan Program Langit Biru
Mamit juga mendorong Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) segera merevisi aturan mengenai pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium, terutama di Jawa Madura Bali (Jamali).
Karena menurutnya, aturan kewajiban pendistribusian Premium bertolak belakang dengan Paris Agreement.
"Untuk itu tak ada jalan lain, Kementerian ESDM harus segera merevisi aturan tersebut, sehingga tak ada lagi kewajiban pendistribusian Premium dan ini bisa diawali di Jamali," ujar Mamit.
Baca juga: Pakar Ingatkan BBM RON Rendah Bisa Bikin Piston Berlubang
"Program yang sekarang tengah berjalan sudah bagus, hanya saja pemerintah harus mengurangi konsumsi BBM RON rendah," beber dia.
Pengamat otomotif Anton Fiat berpendapat, penggunaan BBM dengan RON rendah berdampak kepada kesehatan.
"Tentu itu akan berdampak kepada lingkungan, terutama udara yang dihirup, akan mengganggu kesehatan masyarakat," ungkap Anton.