TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Radikalisasi yang gencar terjadi di tengah masyarakat perlu diredam dengan menghadirkan figur tauladan yang membawa ajaran islam yang moderat, toleran dan ramah.
Penulisan buku biografi Kiai-kiai berkarakter santun, kharismatik, dan cerdas akan lebih mengesankan dan mengundang rasa ingin tahu serta simpati masyarakat luas.
Hal itu disampaikan Anggota Badan Kajian MPR RI Maman Imanulhaq, saat menjadi narasumber Forum Group Discussion atau FGD, “ KH. Ali Imron: Kiai Rendah Hati dari Lemburawi”, di Pesantren Al-Istiqomah Maruyung Pacet Bandung, seperti dikutip Tribunnews.com dari keterangan tertulisnya Senin (14/12/2020).
Baca juga: Melawan Radikalisme dari Dalam, Sebuah Komitmen Kebangsaan
“Penulisan biografi ini penting, karena Kiai Ali Imron mampu menggetarkan hati manusia dan mengubah jalan kehidupan mereka dengan sikap rendah hatinya," jelas Dewan Syura DPP PKB ini.
Lebih lanjut Maman mengatakan saat ini Indonesia tengah mengalami krisis kemanusiaan, sekelompok orang atas nama agama tidak memiliki empati, tidak merasa bersalah saat melawan hukum dan kehilangan kesantunan di depan publik.
Kiai Ali Imron, imbuh dia, telah terbukti bisa mengeluarkan kualitas terbaiknya sebagai sosok yang rendah hati, cerdas, mengayomi, dan menggugah kesadaran kemanusiaan kepada masyarakat sekaligus mengajak mereka mencintai tanah air.
Baca juga: Politikus PDIP Ingatkan Potensi Munculnya Bibit Radikalisme di Tanah Air
Menurut anggota Komisi VIII DPR RI ini, program penyusunan Biografi Kiai Ali Imron ini menjadi langkah awal penulisan Biografi Kiai-Kiai Kharismatik lainnya di Jawa Barat termasuk mengumpulkan karya-karya tulis mereka.
Di hari yang sama, Kang Maman, demikian sapaan karibnya, melakukan pertemuan dengan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil di Hotel Grand Preanger Bandung untuk membahas hal yang sama.
Kedua tokoh Jabar itu sepakat bahwa radikalisme hanya bisa dilawan dengan gerakan literasi yang menghadirkan spirit para tokoh yang memiliki unsur penting kepribadian manusia, yaitu kehormatan, tujuan hidup, kekuatan, pengertian, penilaian, kreativitas, dan cinta.
Keduanya mempersiapkan Tim khusus untuk proses inventarisasi, dokumentasi, penulisan, editing, dan publishing biografi, karya tulis dan bahkan eksiklopedia (at-thabaqat) Ulama-ulama Jawa Barat.
Baca juga: Mahfud MD: Radikalisme Masih Jadi Tantangan yang Dihadapi dalam Menjaga Keutuhan NKRI
Bahkan Kang Emil, sapaan sang Gubernur, telah menyiapkan Biografi Mama Pagelaran dan Karya-karyanya.
Perlu diketahui bahwa Mama Pagelaran atau KH. Muhyiddin adalah ulama kharismatik yang produktif menulis.
Pesantren Pagelaran pertama berlokasi di Desa Serang Cimalaka Sumedang.
Saat Mama Pagelaran membuka Pesantren lain di Subang, Pesantren di Cimalaka diteruskan Mama Muallim Faqieh, yang notabene Kakeknya Maman Imanulhaq.
“Saya dan Kang Maman diikat geneologi keilmuan dan sejarah perjuangan kakek kami. Dan kami berdua berkomitmet untuk melanjutkan perjuangan kakek kami demi Jawa Barat bahkan Indonesia Juara Lahir Batin”, tutur Kang Emil di Bandung, Minggu (13/12/2020). (*)