Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Suharso Monoarfa dan Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) akan bertarung untuk memperebutkan kursi ketua umum PPP di muktamar IX pada 18-21 Desember 2020
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, secara umum kedua sosok tersebut memiliki kekuatan yang imbang.
Namun, Suharso yang saat ini Plt Ketua Umum PPP cenderung punya kekuatan penetrasi masuk ke struktur pemilih yang memiliki hak suara di level bawah.
Baca juga: Profil Suharso Monoarfa, Saingan Taj Yasin Calon Ketua Umum PPP hingga Menteri Kabinet Jokowi
"Itu satu keistimewaan yang dimiliki Suharso saat ini," ucap Adi saat dihubungi, Jakarta, Kamis (17/12/2020).
Selain itu, kata Adi, Suharso memiliki hubungan baik dengan pemerintah karena dirinya merupakan menteri di Kabinet Indonesia Maju dan juga salah satu andalan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Dua hal yang kemudian membuat Suharso relatif sering kali dijagokan," papar Adi.
Sementara untuk Gus Yasin, kata Adi, merupakan sosok yang memiliki kharisma struktural, karena merupakan putra dari almarhum ulama kharismatik KH Maimun Zubair.
"Mbah Moen ini memiliki kharisma luar biasa di level akar rumput PPP. Tinggal apakah Gus Yasin bisa mengkapitalisasi kharisma itu untuk mempengaruhi pemilih di level bawah, kan itu sebenarnya jadi pertarungan," papar Adi.
Baca juga: Menteri Jokowi Diprediksi Bakal Kembali Duduki Kursi Ketua Umum PPP
"Jadi kalau dilihat kacamata umum, orang melihatnya imbang. Tapi kalau kalkulasi politiknya, memang Suharso relatif diunggulkan," sambung Adi.
Sementara terkait elektabilitas PPP ke depan, kata Adi, ketua umum harus bisa menyatukan kembali kubu-kubu yang ada di internal partai untuk bersatu.
"Suharso punya bekal merangkul semuanya, karena dia berasal dari kubu yang memang selama ini tidak terbaca dari bagian konflik itu," paparnya.
Jika yang menang Gus Yasin, Adi menyebut pihaknya harus bekerja lebih cepat lagi, karena kepopulerannya di banding Suharso di politik nasional jelas berbeda.
"Bisa (menyatukan) tapi runningnya harus lebih cepat," ucapnya.