PATIH Serunai tak bisa bicara panjang lebar tentang perjuangannya saat memberikan testimonial pada penganugerahannya sebagai Local Heroes.
Givano Tahalele host acara hanya memberinya waktu singkat karena ada 20 Local Heroes lainnya yang harus memberikan testimonial.
Belakangan Givano mengaku sebenarnya tak enak hati dan sedih karena saat itu Patih Serunai ingin memaparkan tentang perjuangannya demi eksistensi Suku Talang Mamak Jambi.
Saat itu Patih Serunai hadir dalam event Reinventing Local Heroes Award 2020 yang digelar Tribun Network dan Tribun Institute, Kamis (17/12/2020). Ia bersama kompatriotnya, Bukhori terpilih.
Memakai pakaian khas Suku Talang Mamak, di depan layar sebuah laptop terhubung dengan zoom meeting, Patih Serunai tampil sebagai Local Heroes pertama yang memberikan testimoni.
Nama Patih Serunai dan Bukhori terpilih setelah Tribun Jambi mengajukannya. Sang Patih sebagai ketua Adat Suku Talang Mamak Jambi sangat gigih memperjuangkan hak ulayatnya yang sampai saat ini belum diakui penuh.
"Tolong segera," saat kalimat itulah testimonial Patih terpotong.
Sebelumnya ia panjang lebar memaparkan tentang keadaan sukunya yang makin marginal.
"Sungai itu berbunga pasir, hutan itu berbunga kayu. Kami tidak mau kehilangan wilayah, aturan dan pepatah adat warisan," katanya.
Ia mengaku sudah menyiapkan draf peraturan daerah semerangkat adat di Dusun Semerantihan suku talang mamak.
"Pemerintah daerah tidak mau mengesahkannya," katanya.
Padahal dari tahun 1980 Suku Talang Mamak sudah diakui sebagai warga negara Indonesia.
"Tapi wilayah kami tak diakui, ada wilayah perusahaan sangat membuat resah. Wilayah saya tidak mau terganggu dengan pihak lain. Kuburan orang tua leluhur sumber usaha dari hutan bisa rusak," katanya.
Patih Serunai meminta pertolongan agar pengakuan wilayah suku-nya segera disahkan.
Kiprah dan determinasi dari Patih Serunai dan Bukhori membuat Tribun Jambi memutuskan mengusulkan nama ini ke Reinventing Local Heroes.
Mengambil peran sebagai kontrol sosial, Tribun Jambi mencover perjuangan Suku Talang Mamak yang termarginalkan.
Patih Serunai siang itu didapuk bersamaan dengan dua pahlawan lokal lainnya.
Dari Sumatera Utara ada Komunitas Sahabat Alam yang memperjuangkan Sungai Deli dan pejuang manggrove asal Kalimantan Timur Agus Bei.
Baca juga: Profil Brigadir Nur Ali Suwandi, Termasuk 21 Local Heroes yang Dapat Penghargaan dari Tribun Network
Penjaga Deli
Akhir September lalu Sungai Deli menunjukkan keperkasaaannya. Sungai legendaris itu meluap. Bulan September itu beberapa kali Sungai Deli meluap. Namun luapan tanggal 30 September 2020 itu adalah yang terbesar.
Ratusan rumah dan Sanggar milik Komunitas Sahabat Alam (Salam) Sumut yang ada di pinggirnya dihantam banjir juga.
Anak-anak yang biasanya berkumpul di situ untuk mengakses belajar daring malah jadi sibuk bermain air.
Sungai Deli adalah lokus dari kegiatan para relawan di Komunitas Sahabat Alam.
Komunitas ini mendirikan posko untuk memantau dan menjaga Sungai Deli yang makin tercemar belakangan ini.
Mereka ingin agar Sungai Deli asri dan tak gampang “marah”. Tribun Medan membawa nama komunitas ini untuk terpilih sebagai local heroes.
Lukman Hakim Siagian dari Sahabat Alam Sumatera Utara (Salam Sumut) dalam testimonial saat menerima penghargaan siang itu mengatakan, penghargaan membuat semangat para relawan makin berapi.
Lukman menuturkan dalam menjaga kelestarian Sungai Deli dibutuhkan peran pemerintah dan para pemangku kepentingan saling berkolaborasi.
"Kegiatan kami ini didukung untuk pemerintah setempat dan stakeholder Sumut karena ini menjadi keseimbangan ekologi yang harus dilindungi di Kota Medan. Sungai Deli sebagai sejarah yang harus dilindungi sebagai wilayah heritage Medan terutama masyarakat di Kota Medan di pinggir sungai yang harus ditata," ujarnya.
Metode yang diterapkan Lukman dalam menjaga kelestarian sungai Deli yaitu dengan membuat posko jaga di bantaran sungai dengan dilakukan beragam aktivitas seperti pembersihan Sungai Deli ataupun kegiatan kreativitas untuk anak-anak pinggir sungai.
Setelah giliran Lukman dari Salam Sumut harusnya Agus Bei dari Kalimantan Timur memberikan testimoni.
Pejuang pelestarian hutan manggrove yang sangat tersohor di Kota Balik Papan juga mendapatkan penghargaan.
Kiprah Agus Bei terus dibuntuti oleh Tribun Kaltim. Mulai dari jungkir baliknya dia sampai akhirnya membuahkan hasil dan mendapat apresiasi.
Baca juga: 21 Local Heroes Tribun Network: Rumah Pintar Punggur Cerdas
Tribun Network dan Tribun Institute sengaja menggagas penganugerahan untuk para local heroes ini. Acara diberi tajuk Reinventing Local Heroes.
Hal ini juga untuk menguatkan peran Tribun Network sebagai media massa.
Selain berperan sebagai pemberi informasi dan hiburan, peran sebagai sarana edukasi dan kontrol sosial juga harus terus dimantapkan. Untuk terus memperbaiki lini keredaksian.
Sayang saat itu Agus Bes tak menyahut saat Givano memanggil namanya untuk memberikan testimoni untuk menceritakan langsung kisahnya pada ratusan orang yang hadir hari itu.
Namun belakangan Agus Bei muncul usai namanya tak dipanggil lagi.
Tak ada kata terlambat berbuat baik bagi masyarakat.
Meski tak mendengar cerita langsung dari Agus Bei, namun spirit perjuangan kelokalan yang dibawanya akan terus diketahui dan menjangkau Indonesia. (Tribun Sumsel/Prawira Maulana)