Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Digantinya Wishnutama Kusubandio dengan Sandiaga Uno yang telah ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memegang jabatan sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) 'hasil reshuffle', tentunya mendapat sorotan pengamat ekonomi.
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira menilai bahwa kinerja Wishnutama selama menjabat memang kurang memuaskan, khususnya di masa pandemi virus corona (Covid-19).
Strategi maupun kebijakannya dalam penanganan dampak pandemi justru malah menyebabkan penurunan tajam di sektor pariwisata.
"Terkait dengan kinerja Pak Wishnutama, memang kinerjanya cukup mengecewakan ya, karena terjadi penurunan yang tajam memang di sektor pariwisata selama masa pandemi," ujar Bhima, kepada Tribunnews, Selasa (22/12/2020) sore.
Baca juga: Reshuffle Kabinet, Makna Jaket Biru 6 Menteri Baru hingga Pesan di Balik Foto Rel di Medsos Jokowi
Selain itu, pada masa kepemimpinannya selama pandemi ini, okupansi untuk industri perhotelan pun tergolong rendah.
"Kemudian juga melihat okupansi dari kamar hotel sangat rendah," jelas Bhima.
Menurutnya, pengusaha media ini pun turut melakukan blunder dengan menerapkan strategi 'diskon tarif pesawat'.
Baca juga: Jaket Biru 6 Menteri Baru Jokowi: Panas Tak Buat Berkeringat, Hujan Tak Membuat Basah
Padahal negara sedang menghadapi pandemi yang tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, namun juga pada kelesuan nyaris seluruh sektor penopang perekonomian nasional, termasuk pariwisata.
"Dan juga pada waktu awal dirasa blunder ya, dengan mendorong adanya diskon tarif pesawat di tengah situasi pandemi pada waktu itu," papar Bhima.
Lebih lanjut ia menekankan bahwa antara Kemenparekraf dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun kurang melakukan koordinasi terkait penanganan dampak Covid-19 pada awal kemunculan virus ini di tanah air.
Baca juga: Yaqut: Kaget, dalam Mimpi Liar Saya Tidak Pernah Terbayang Jadi Menteri Agama
"Jadi koordinasi dengan Kementerian Kesehatan khususnya terkait dengan upaya penanganan Covid-19 pada waktu awal-awal masa pandemi bulan Januari sampai bulan Maret (2020) itu cukup mengecewakan pada waktu itu ya," kata Bhima.
Kebijakan dan strategi yang blunder itulah yang dianggap makin membuat kinerja sektor pariwisata anjlok.
"Nah jadi ada kebijakan yang blunder di awal, kemudian berimbas pada semakin terpukulnya kinerja sektor pariwisata," tutur Bhima.