TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sandiaga Salahuddin Uno langsung menyambangi kediaman ibunya, Mien Uno, setelah dirinya diumumkan menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) oleh Presiden Jokowi.
Dari pantauan Tribunnews.com di kediaman Mien Uno di Jalan Galuh II, Jakarta Selatan, Sandi yang menumpang mobil Innova hitam bernomor polisi B-2679-SIC tiba sekira pukul WIB 18.05 WIB.
Wakil Ketua Dewan Pembina itu terlihat masih memakai jaket biru, baju putih, dan celana hitam panjang, pakaian yang digunakan saat diperkenalkan oleh Presiden Jokowi sebagai Menparekraf yang baru.
Tak lupa ia juga mengenakan masker.
Sandi kemudian langsung masuk ke gerbang tanpa berbicara sepatah kata pun.
Baca juga: Jokowi Lakukan Reshuffe Kabinet, Fadli Zon, Fahri Hamzah, hingga Pengamat Politik Beri Tanggapan
Ia hanya melambaikan tangan kepada awak media yang sudah menunggu.
Sebelum menyambangi kediaman ibunya, Sandi juga sempat singgah ke kantor Kementerian Pertahanan (Kemenhan), tempat Prabowo Subianto kini berkantor.
Prabowo dan Sandiaga adalah pasangan capres dan cawapres di Pilpres 2019.
Mobil Sandiaga tiba di kantor Kemenhan, di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, sekira pukul 16.48 WIB dengan dikawal satu motor patwal.
Baca juga: Jokowi Lakukan Reshuffe Kabinet, Fadli Zon, Fahri Hamzah, hingga Pengamat Politik Beri Tanggapan
Sandi terpantau duduk di kursi depan.
Mobil yang ditumpangi Sandi itu kemudian langsung masuk ke area kantor Kemenhan, sementara wartawan tidak diperkenankan masuk.
Kunjungan Sandiaga ke kantor Kemenhan itu berlangsung kurang-lebih 1 jam.
Mobil Sandiaga keluar sekitar pukul 17.47 WIB.
Sejarah Baru
Dengan masuknya Sandiaga menjadi menteri, maka 'perwakilan' Gerindra di Kabinet Indonesia Maju tetap dua bersama Menhan Prabowo Subianto.
Sebelumnya, salah satu wakil Gerindra di kabinet, Edhy Prabowo, harus mundur karena terseret kasus dugaan suap ekspor benur.
Komposisi Wakil Gerindra di kabinet saat ini cukup menarik, mengingat Prabowo-Sandi merupakan lawan Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019 lalu.
Di Pilpres 2019, Jokowi-Ma'ruf mengalahkan Prabowo-Sandi.
Jokowi-Ma'ruf menang dengan meraih 85.607.362 atau 55,50 persen dari total suara sah nasional.
Baca juga: Enam Menteri Baru Jokowi Berjaket Biru
Sementara Prabowo-Sandi meraih 68.650.239 suara atau 44,50 persen.
Saat itu, Prabowo-Sandi sampai menggugat hasil Pilpres ke MK karena tudingan kecurangan.
Masuknya Prabowo-Sandi juga merupakan sejarah baru sebab dalam konteks pemilu presiden langsung digelar di Indonesia, belum pernah ada capres maupun cawapres yang kalah kemudian menjadi menteri saat lawannya membentuk pemerintahan.
Saat SBY menang pemilu langsung dua periode, tak ada satu pun lawannya yang masuk menjadi menteri saat SBY membentuk kabinet. Di Pilpres 2004, saat itu SBY-JK melawan Megawati-Hasyim Muzadi di putaran kedua.
Begitu SBY-JK menang, Megawati bersama PDIP memilih menjadi oposisi.
Begitu pula di Pilpres 2009, saat itu SBY bersama Boediono menang melawan JK-Wiranto dan Megawati-Prabowo.
Tak ada satu pun lawan SBY yang masuk menjadi menteri di kabinetnya.
Di Pilpres 2014, Jokowi-JK menang melawan Prabowo-Hatta Rajasa. Setelah Jokowi menang, Prabowo dan Hatta tak ada yang masuk menjadi anggota kabinet.
Baca juga: Reshuffle Kabinet, Makna Jaket Biru 6 Menteri Baru hingga Pesan di Balik Foto Rel di Medsos Jokowi
Namun kini di era kedua pemerintahan Jokowi sejarah baru terbentuk. Pernah jadi lawan kini jadi kawan.
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera menilai Presiden Jokowi sedang melakukan eksperimen dengan memasukkan dua rivalnya di Pilpres 2019 menjadi menteri.
"Ini eksperimen yang perlu dilihat hasil akhirnya. Dua penantang dalam Pilpres, keduanya jadi menteri," ujar Mardani.
Menurut Mardani, langkah Jokowi tersebut bisa berdampak baik untuk membangun kesatuan bangsa, tetapi juga bisa merusak bangunan demokrasi di Indonesia.
"Mesti ada kekuatan yang melakukan check and ballance. Kita beri kesempatan semua untuk bekerja 100 hari pertama ini," papar Mardani.
Mardani sendiri yang merupakan tim pemenangan Prabowo-Sandiaga saat Pilpres 2019 mengaku tidak kecewa dengan masuknya Sandiaga ke jajaran Kabinet Indonesia Maju.
"Di politik tidak boleh baper (bawa perasaan). Kita akan terus bersahabat, tapi tetap kritis dan kami oposisi," papar Mardani. (tribun network/den/sen/dod)